Philophobia: Ketakutan Akan Cinta yang Bisa Mengganggu Hidup

JAKARTA, GENVOICE.ID - Cinta adalah salah satu aspek paling indah dalam hidup, tetapi bagi sebagian orang, cinta justru menjadi sumber ketakutan yang luar biasa. Meskipun sedikit kecemasan saat jatuh cinta adalah hal yang normal, ada kondisi yang disebut philophobia, yaitu ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap cinta. Ketakutan ini bisa begitu intens hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

Dilansir dari Healthline, Philophobia dapat memunculkan reaksi emosional maupun fisik yang berbeda pada setiap individu. Beberapa gejala umum meliputi:

Philophobia: Ketakutan Akan Cinta yang Bisa Mengganggu Hidup
- (Dok. Facty Health).

Perasaan takut atau panik yang intens

Menghindari hubungan atau keterikatan emosional

Berkeringat berlebihan

Detak jantung yang cepat

Kesulitan bernapas

Sulit berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari

Mual

Meskipun seseorang dengan philophobia mungkin menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional, mereka tetap merasa tidak mampu mengendalikannya.

Philophobia bukanlah gangguan kecemasan sosial, meskipun penderitanya mungkin juga mengalami gangguan tersebut. Gangguan kecemasan sosial menyebabkan ketakutan ekstrem dalam berbagai situasi sosial, sedangkan philophobia lebih berfokus pada ketakutan terhadap cinta dan keterikatan emosional.

Philophobia juga memiliki kemiripan dengan Disinhibited Social Engagement Disorder (DSED), gangguan keterikatan yang biasanya dialami anak-anak di bawah usia 18 tahun. DSED membuat seseorang sulit membangun hubungan yang mendalam dan bermakna, sering kali akibat trauma atau pengabaian di masa kecil.

Philophobia sering kali berakar pada pengalaman traumatis di masa lalu. Scott Dehorty (LCSW-C dan direktur eksekutif Maryland House Detox, Delphi Behavioral Health Group) menjelaskan, "Ketakutan ini muncul dari kekhawatiran bahwa rasa sakit akan terulang kembali, sehingga risiko jatuh cinta dianggap tidak sepadan. Jika seseorang pernah mengalami luka mendalam atau ditinggalkan saat kecil, mereka mungkin enggan mendekati orang lain yang bisa melakukan hal serupa. Reaksi alami mereka adalah menghindari hubungan, yang akhirnya justru memperkuat ketakutan mereka."

Selain trauma, faktor genetik dan lingkungan juga berperan dalam munculnya philophobia. Menurut Mayo Clinic, dalam beberapa kasus, fobia spesifik dapat berkembang akibat perubahan fungsi otak.

Jika tidak ditangani, philophobia dapat berdampak besar pada kualitas hidup seseorang. Berikut beberapa langkah yang bisa membantu mengatasinya:

Terapi Psikologis: Konseling atau terapi kognitif-perilaku (CBT) dapat membantu memahami dan mengatasi ketakutan yang mendasari philophobia.

Mengenali Pola Ketakutan: Menyadari penyebab dan pola pikir yang memicu ketakutan dapat membantu mengubah cara pandang terhadap cinta.

Perlahan Membangun Kepercayaan: Menghadapi ketakutan secara bertahap dan membangun hubungan dalam tempo yang nyaman dapat membantu mengurangi kecemasan.

Dukungan Sosial: Berbicara dengan teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu seseorang menghadapi ketakutannya.

Cinta sejati seharusnya membawa kebahagiaan, bukan ketakutan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami philophobia, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional agar dapat hidup lebih bahagia dan bebas dari ketakutan yang menghambat kebahagiaan Anda.

M
M Ihsan
Penulis
  • Tag:
  • Relationship
  • Cinta

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE