Ara Contemporary, Galeri Baru di Jakarta yang Dukung Seniman Asia Tenggara Naik Level

JAKARTA, GENVOICE.ID - Ada tempat baru yang wajib lo cek buat a anak yang artsy banget. Ara Contemporary, galeri seni kekinian yang baru banget dibuka di Jakarta, resmi dibuka buat publik mulai April ini, Lokasinya di Jalan Tulodong Bawah I No. 16, Senayan strategis banget buat mampir habis ngopi-ngopi di sekitaran SCBD.

Galeri ini punya misi mulia yaitungedukung seniman-seniman Asia Tenggara, baik yang baru mulai bersinar maupun yang udah punya nama. Gak cuma di skena lokal, tapi juga buat ngebuka jalan mereka ke panggung internasional.

Ara Contemporary, Galeri Baru di Jakarta yang Dukung Seniman Asia Tenggara Naik Level
- (Dok. Genvoice/Aldi).

Ara didirikan sama tiga nama kece di dunia seni yang udah malang melintang selama lebih dari 15 tahun yakniFiesta Ramadanti, Fredy Chandra, dan Megan Arlin. Mereka punya rekam jejak di tempat-tempat kece kayak Art Jakarta, Mizuma Gallery, sampe Sullivan+Strumpf. Jadi gak heran kalo vibe galeri ini tuh global banget tapi tetap rooted sama Asia Tenggara.

Kenapa namanya "Ara"? Ternyata ada makna dalem di baliknya. Nama itu gabungan dari nama belakang pendirinya (Arlin, Ramadanti, Chandra) plus dari bahasa Sansekerta yang artinya "tempat berteduh". Jadi ara tuh literally jadi ruang aman buat mikir, nyari inspirasi, dan eksplorasi ide. Fokus utamanya sih seniman-seniman yang karyanya nyambung banget sama isu dan konteks Asia Tenggara, yang deket tapi bisa banget buat relevan secara global.

Ara punya dua ruang pameran, yaitu Galeri Utama dan satu lagi namanya Focus. Nah, si Focus ini dikhususin buat support seniman dan kurator muda, juga buat karya-karya yang eksperimental dan nyentrik. Tempat ini siap banget jadi arena buat ngobrol, kolaborasi, dan saling support di dunia seni yang terus berkembang.

Buat ngebuka perjalanannya, Ara langsung ngasih gebrakan lewat pameran perdana yang dikasih judul "We Begin with Everything", yang mulai dibuka tanggal 12 April 2025. Judulnya sendiri terinspirasi dari buku The Creative Act: A Way of Being karya Rick Rubin. Intinya sih, semua proses kreatif itu gak pernah kehabisan sumber. Selalu ada sesuatu buat dimulai.

Pameran ini ngerayain gimana ide-ide itu bisa lahir, tumbuh, dan akhirnya jadi karya nyata. Dan nilai itu bukan cuma ada di karya senimannya aja, tapi juga di semangat awal berdirinya Ara. Jadi yes, vibe-nya deep tapi juga inspiring banget.

Ada 17 seniman Asia Tenggara yang ikutan di pameran ini. Dari Indonesia, ada nama-nama keren kayak Agan Harahap, Albert Yonathan Setyawan, Condro Priyoaji, Irfan Hendrian, Ipeh Nur, Iwan Effendi, Mar Kristoff, S. Urubingwaru, sampe Wedhar Riyadi.

Seniman dari luar negeri juga gak kalah solid! Ada Alisa Chunchue (Thailand), Carmen Ceniga Prado (Seoul/Spanyol/Singapura), Dawn Ng (Singapura) yang kolab sama Sullivan+Strumpf, terus Enggar Rhomadioni (Indonesia), Kelly Jin Mei (Singapura), Marcos Kueh (Malaysia) yang kerja bareng The Backroom, Natalie Sasi Organ (Thailand), dan Xiuching Tsay (Thailand). Full squad yang bikin pameran ini makin legit.

R
Rivaldi Dani Rahmadi
Penulis
  • Tag:
  • Ara Contemporary
  • Galeri Seni

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE