Peneliti Menemukan AI Belum Mampu Memberikan Sumber Informasi yang Akurat
JAKARTA, GENVOICE.ID - Sebuah penelitian terbaru dari Tow Center for Digital Journalism menemukan bahwa sebagian besar mesin pencari berbasis kecerdasan buatan (AI) belum mampu memberikan sumber informasi yang akurat. Studi ini menunjukkan bahwa banyak chatbot AI gagal mencantumkan referensi berita yang benar dalam jawabannya, bahkan sering kali menciptakan tautan yang tidak ada atau menghindari pertanyaan terkait sumber informasi.
Dalam laporan tersebut, peneliti mencatat bahwa chatbot AI memberikan jawaban yang salah pada lebih dari 60 persen pertanyaan yang diuji. Tingkat ketidakakuratan ini bervariasi antar platform. Misalnya, chatbot Perplexity memiliki tingkat kesalahan sebesar 37 persen, sedangkan Grok 3, yang dikembangkan oleh xAI dan dipromosikan oleh Elon Musk sebagai AI "paling jujur", justru mencatat tingkat kesalahan jauh lebih tinggi, yaitu 94 persen.
"Banyak dari chatbot ini tidak hanya gagal memberikan jawaban yang benar, tetapi juga sering kali menghindari pertanyaan mengenai sumber informasi mereka," ujar salah satu peneliti dalam laporan tersebut.
Selain masalah ketidakakuratan, penelitian ini juga menemukan bahwa beberapa chatbot AI mampu mengakses informasi dari sumber yang seharusnya diblokir. Dalam beberapa kasus, chatbot tidak dapat memberikan jawaban meskipun mereka memiliki akses ke konten yang sah. Namun, ada juga kasus di mana AI berhasil menjawab pertanyaan terkait sumber yang sebenarnya tidak mengizinkan akses terhadap kontennya.
Melansir dari SocialMediaToday, Rabu (12/3), laporan ini menyoroti bahwa beberapa penyedia AI tampaknya tidak selalu mematuhi aturan yang melarang mereka mengambil konten yang dilindungi hak cipta. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana perusahaan AI mengelola akses terhadap informasi serta bagaimana mereka memastikan keakuratan data yang diberikan kepada pengguna.
Masalah utama yang disoroti dalam penelitian ini adalah semakin banyaknya pengguna yang mengandalkan AI sebagai mesin pencari utama. Dengan semakin populernya chatbot AI seperti ChatGPT, generasi muda mulai menggunakan AI sebagai alat riset, meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan tidak selalu dapat dipercaya.
Pebisnis dan investor Mark Cuban menyoroti permasalahan ini dalam sebuah acara di SXSW. "AI bukanlah jawaban. AI adalah alat. Apa pun keahlian yang Anda miliki, AI bisa membantu memperkuatnya," ujarnya. Cuban menekankan bahwa AI dapat menjadi alat yang bermanfaat, tetapi bukan pengganti riset dan pemikiran kritis manusia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi dalam membantu proses pencarian informasi, tetapi masih memerlukan pengawasan dan penyempurnaan agar dapat memberikan data yang lebih akurat. Para pengguna, terutama generasi muda, perlu memahami bahwa AI tidak dapat menggantikan riset dan analisis mendalam, melainkan hanya berfungsi sebagai alat pendukung dalam memperoleh informasi.
0 Comments





- Olla Ramlan Lepas Hijab, Ungkap Perjalanan dan Pilihan Hidupnya yang Mengejutkan
- Trump Main Video Provokatif soal Afrika Selatan, Klaim 'Genosida Kulit Putih' Dipertanyakan
- Hukuman Jannik Sinner dan Polemik Sistem Anti-Doping
- Toyota Celica dan MR2 Dikabarkan Akan Kembali, Menghidupkan Kembali Ikon Mobil 90-an
- Vokalis Sex Pistols Sebut Band Legendaris The Rolling Stones Harus Berhenti Bermusik
- Billie Eilish dan Finneas Raih Penghargaan Album Terbaik di iHeartRadio Music Awards
- 5 Restoran Indonesia yang Bisa Kamu Datangi ketika Berlibur di Inggris
- 50 Cent Sindir Diddy soal Kasus Dugaan Perdagangan Seks: "Harusnya Nerima Plea Deal"
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!