Bukan Sekadar Model, Met Gala 2025 Angkat Tema Identitas dan Kebebasan Kulit Hitam
JAKARTA, GENVOICE.ID - Tinggal menghitung hari, Met Gala 2025 akan kembali digelar pada 5 Mei mendatang di The Metropolitan Museum of Art, New York.
Dilansir dari Antara, ajang mode paling bergengsi ini seperti biasa menjanjikan malam yang spektakuler, penuh glamor, rahasia, dan momen-momen ikonik yang akan jadi perbincangan dunia.
Setiap tahunnya, Met Gala selalu jadi magnet perhatian. Bukan hanya karena parade busana penuh kejutan dari para selebritas papan atas dunia, tapi juga karena kemampuannya menyatukan seni, fashion, dan budaya dalam satu malam yang eksklusif dan penuh misteri. Di balik pintu tertutup museum, berlangsung serangkaian acara yang hanya diketahui oleh mereka yang hadir, tanpa kamera, tanpa media sosial, dan tanpa bocoran.
Met Gala adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Costume Institute sebagai pembukaan dari pameran mode utama mereka. Selain menjadi ajang pamer gaya paling kreatif di dunia, Met Gala juga punya tujuan mulia, menggalang dana untuk mendukung berbagai program seni di museum. Hasilnya pun fantastis, dengan donasi yang setiap tahun bisa mencapai jutaan dolar.
Usai karpet merah yang disorot media global, para undangan eksklusif akan menikmati makan malam dan tur pribadi pameran. Semua berlangsung secara tertutup. Inilah yang membuat Met Gala bukan sekadar acara fashion, melainkan pengalaman seni kelas dunia.
Hanya sekitar 450 tamu terpilih yang mendapat kesempatan hadir. Mereka datang dari berbagai bidang, seperti artis, desainer, seniman, tokoh publik, hingga sosok muda berpengaruh. Undangan Met Gala dianggap sebagai tiket paling prestisius di dunia hiburan dan mode. Tak sembarang orang bisa masuk ke dalam lingkaran elit ini.
Tahun ini, tema Met Gala adalah "Superfine: Tailoring Black Style". Tema ini terinspirasi dari buku Slaves to Fashion karya Monica L. Miller yang membahas dandisme dalam budaya kulit hitam dan bagaimana busana menjadi bentuk ekspresi identitas, kekuatan, dan kebebasan.
Pameran pendukung tema akan dibagi dalam 12 bagian, masing-masing mengangkat elemen gaya seperti freedom, heritage, cool, hingga cosmopolitanism. Sejumlah tokoh penting seperti Torkwase Dyson, Tanda Francis, André Grenard Matswa, dan fotografer Tyler Mitchell turut berkontribusi melalui karya seni, fotografi, dan koleksi busana.
Dress code tahun ini bertajuk "Tailored for You", sebuah ajakan untuk tampil dalam busana yang dirancang secara personal, mencerminkan karakter diri masing-masing. Fokus utamanya adalah tailoring dan gaya menswear, namun terbuka luas untuk eksplorasi lintas gender dan bentuk. Ini akan menjadi panggung eksploratif bagi para tamu untuk menafsirkan struktur dan identitas busana secara unik dan kreatif.
0 Comments
No popular articles available.
- Pekerja Produksi Walt Disney Animation Studios Resmi Dapatkan Kontrak Serikat Pertama
- Kebakaran Melanda Kampung Rawa Indah, Ribuan Warga Terpaksa Mengungsi
- Meksiko Berduka Kehilangan Ikon Musik Legendaris Paquita la del Barrio
- Olimpiade Los Angeles 2028 Tambahkan 22 Nomor Medali, Tegaskan Komitmen Kesetaraan Gender
- Indonesia Kolaborasi dengan Google untuk Melindungi Anak dari Konten Berbahaya
- Para Bintang Marvel Reuni untuk Dukung "Thunderbolts," Mungkinkah Muncul Rasa Nostalgia?
- Kasus Kecurangan UTBK Bisa Capai Ratusan Juta per Kursi, Pihak Penyelenggara Pastikan Sanksi Tegas!
- Dua Korban Hilang dalam Dua Hari, Tim SAR Terus Lakukan Pencarian di Sungai Mahakam
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!