Tragedi Berdarah Jelang Festival Musim Semi: Tiga Remaja Swedia Tewas Ditembak di Salon Uppsala
JAKARTA, GENVOICE.ID - Jelang perayaan meriah Festival Walpurgis di Uppsala, Swedia, suasana sukacita berubah menjadi duka mendalam.
Dilansir dari BBC International, tiga remaja laki-laki berusia antara 15 hingga 20 tahun tewas ditembak di sebuah salon rambut pada Selasa sore, hanya beberapa jam sebelum ribuan orang berkumpul merayakan datangnya musim semi.
Insiden tragis itu terjadi di sebuah salon bawah tanah dekat Alun-Alun Vaksala, saat para korban sedang duduk mengenakan jubah potong rambut. Mereka ditembak di kepala oleh seorang pelaku bertopeng yang kemudian melarikan diri menggunakan skuter listrik.
"Saya biasa potong rambut di situ. Kalau saja saya ada di sana malam itu, mungkin saya juga jadi korban," ujar Yamen Alchoum, mahasiswa 20 tahun yang terlihat masih terguncang di lokasi kejadian.
Meski polisi menyatakan insiden ini kemungkinan bersifat "terisolasi" dan menambah pengamanan selama perayaan, bayang-bayang tragedi tetap terasa di tengah pesta. Ribuan orang tetap memadati tepi Sungai Fyris untuk menyaksikan lomba rakit mahasiswa, membakar api unggun raksasa, dan bersulang menyambut musim semi.
Namun, suasana menjadi muram. Di luar salon, pita polisi menggantikan kibaran bendera biru-kuning Swedia. Beberapa remaja tampak meletakkan bunga, sementara yang lain menangis dalam diam.
"Saya mengenalnya dengan baik... rasanya seperti mimpi buruk," kata Elias, remaja 16 tahun, kepada BBC.
Polisi menangkap enam tersangka, termasuk satu remaja 16 tahun yang awalnya ditahan dengan kecurigaan tinggi, namun akhirnya dibebaskan karena kurang bukti. Seorang tersangka lainnya diyakini sebagai pelaku utama.
Kepolisian menduga insiden ini berkaitan dengan kejahatan geng, fenomena yang kian meresahkan di Swedia. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini menjadi salah satu hotspot kejahatan senjata di Eropa, dengan pelaku yang semakin muda usianya.
Pemerintah Swedia tengah menggodok undang-undang baru yang memungkinkan penyadapan terhadap anak di bawah umur untuk mencegah perekrutan mereka oleh jaringan kriminal. Wacana ini memicu perdebatan, namun dinilai perlu di tengah lonjakan kekerasan bersenjata.
"Saya tidak pernah terlibat geng, tapi saya tahu banyak yang terlibat," ujar Yamen. "Di sekolah saya dulu sering ada kekerasan geng. Tapi saya memilih belajar, kerja, dan sekarang kuliah."
Namun tidak semua remaja Swedia punya kesempatan atau pilihan serupa.
0 Comments
No popular articles available.
- Resmi Tinggalkan Persib, Gustavo Franca Pamit dengan Air Mata Kemenangan
- Jack Harlow & Doja Cat Rilis Single Terbaru Berjudul "Just Us"
- Debut Sempurna! Timnas Minifootball Indonesia Pimpin Grup E Usai Bungkam Kosta Rika
- Empat Pemain Asal Belanda Resmi Dinaturalisasi, Perkuat Timnas Sepak Bola Putri Indonesia
- Dead Lover Jadi Akuisisi Fitur Perdana Cartuna x Dweck dari SXSW 2025
- Backstreet Boys Siap Guncang Las Vegas Sphere dengan Residency "Into the Millennium"
- Berikut Deretan Film dan Serial Seru yang Harus Ditonton di Bulan Mei, Mana Pilihanmu?
- Terjadi Lonjakan Vaksinasi Flu di Singapura Pasca Kematian Aktris Barbie Hsu
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!