Bikin Penasaran! Ini Alasan Cincin Paus Harus Dihancurkan Setelah Meninggal

JAKARTA, GENVOICE.ID - Apakah Kamu tahu kalau Paus memaki cincin nelayan atau sering juga disebut papal ring.

Ternyata, cincin ini punya sejarah panjang dan jadi simbol penting dalam kekuasaan Paus di Gereja Katolik loh. Cincin ini telah digunakan Paus sejak abad ke -13 dan dikasih secara resmi saat pelantikan Paus baru sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma.

Biasanya, pada permukaannya cincin ada nama Paus yang sedang menjabat dan gambar Santo Petrus, salah satu murid Yesus.

Kenapa Cincin Paus Harus Dihancurin?

Santo Petrus yang dianggap sebagai Paus pertama sering jadi sosok utama dalam desain cincin ini.

Tetapi, kalau Paus meninggal dunia atau memilih mundur dari jabatannya, cincin tersebut bakal dihancurin sebagai tanda kalau masa kepemimpinannya sudah selesai. Cincin ini bakal dihancurin di depan para Kardinal dengan alat khusus.

Dihancurkan cincin ini sebagai bentuk perpisahan seorang pemimpin yang lebih mengutamakan pelayanan dibanding sebuah kekuasaan. Setelah itu, cincin baru akan dibuat khusus untuk Paus yang terpilih menggantikan.

Zaman dulu, cincin ini juga dipakai buat menyegel surat pribadi dan dokumen resmi dari Paus. Walaupun sekarang tak lagi dipakai buat menyegel dokumen, cincin ini tetap dikasih ke Paus baru sebagai simbol otoritas dan tanggung jawab rohaninya.

Gimana Sih Proses Menghancurkan Cincinnya?

Kalau ada pergantian Paus, cincin miliknya secara tradisi akan dihancurkan. Biasanya proses ini dilakukan sama Kardinal Camerlengo, pejabat tinggi di Vatikan. Cincinnya bakal dipotong jadi dua supaya tak bisa dipakai lagi baik oleh Paus baru atau orang lain. Ini juga bagian dari rangkaian upacara serah terima kekuasaan dalam kepausan.

Saat ini, posisi Kardinal Camerlengo dipegang sama Kardinal Kevin Farrell, dan dia yang nantinya bakal bertanggung jawab memimpin penghancuran cincin Paus Fransiskus kalau masa jabatannya berakhir.

Kenapa Banyak Orang Cium Cincin Paus?

Tradisi mencium cincin Paus sudah lama jadi tanda rasa hormat dan pengakuan atas posisi Paus sebagai pemimpin spiritual bagi umat Katolik. Tak hanya itu, tradisi ini juga dianggap sebagai simbol kesetiaan terhadap ajaran Gereja.

Meski begitu, belakangan ini tradisi tersebut mulai jarang dilakukan, apalagi sejak Paus Fransiskus berusaha membuat citra Paus jadi lebih simpel dan dekat dengan umat. Jadi, tidak melulu soal formalitas, tapi lebih ke hubungan yang hangat antara Paus dan para pengikutnya.