Ini Pesan Terakhir Paus Fransiskus, Seruan Damai untuk Dunia Sebelum Kepergiannya
JAKARTA, GENVOICE.ID -Paus Fransiskus, Paus pertama dari Amerika Latin yang dikenal sebagai "Paus Kaum Miskin", tutup usia di umur 88 tahun pada Senin pagi, 21 April 2025.
Ia menghembuskan napas terakhirnya di Vatikan setelah berjuang panjang melawan berbagai penyakit, termasuk pneumonia ganda yang sempat membuatnya dirawat intensif sejak pertengahan Februari.
Namun di balik kondisi fisiknya yang terus melemah, suara moral Paus Fransiskus tak pernah padam. Dalam pesan Paskah terakhirnya kepada dunia, pemimpin umat Katolik sejagat itu kembali menunjukkan keteguhan hatinya untuk menyerukan perdamaian global, terutama bagi mereka yang terjebak dalam konflik berkepanjangan.
"Semoga Kristus yang bangkit menganugerahkan damai Paskah bagi Ukraina yang dilanda perang," tulis Paus dalam pesannya, dikutip dariHindustan Times,Senin, (21/4).
"Dan mendorong semua pihak untuk terus mengupayakan perdamaian yang adil dan abadi," imbuhnya.
Tak hanya Ukraina, Paus Fransiskus juga menaruh perhatian pada krisis kemanusiaan di Myanmar, Sudan, hingga Afrika.
Ia menyampaikan doa dan solidaritasnya bagi warga Myanmar yang tak hanya menghadapi kekerasan bersenjata selama bertahun-tahun, tetapi juga gempa bumi dahsyat di Sagaing yang menewaskan ribuan orang dan meninggalkan luka mendalam.
"Kita doakan para korban dan keluarga mereka," ujar Paus seraya menambahkan, "Dankita ucapkan terima kasih yang tulus untuk para relawan yang terus berjuang di lapangan."
Paus juga menyambut gencatan senjata yang diumumkan sejumlah kelompok di Myanmar sebagai "tanda harapan", dan mengajak dunia untuk terus mendukung perdamaian di negara tersebut.
Tak lupa, ia menutup pesannya dengan doa bagi benua Afrika. "Semoga Kristus yang bangkit memberi kedamaian dan penghiburan bagi rakyat di Republik Demokratik Kongo, Sudan, dan Sudan Selatan," katanya.
Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang vokal membela kaum tertindas, menentang ketidakadilan, dan kerap bersuara lantang melawan wajah keras kapitalisme dan nasionalisme ekstrem.
Ia meninggalkan dunia bukan hanya sebagai pemimpin spiritual, tapi juga sebagai suara nurani global yang penuh welas asih.
Dengan wafatnya Paus Fransiskus, dunia kehilangan seorang gembala yang menjadikan cinta kasih dan keadilan sebagai pusat pelayanannya. Namun pesan terakhirnya menjadi warisan tak ternilai, panggilan untuk tidak berpaling dari mereka yang menderita, dan harapan bahwa damai suatu hari akan menang.
0 Comments





- Keren! Bayi Pertama di Dunia Lahir Berkat Teknologi IVF, Sepenuhnya Digerakkan AI
- Drakor "Taxi Driver 3" Syuting di Jepang, Siap Bikin Aksi Makin Panas!
- Jonas Brothers Comeback ke Disney dengan Film Natal Baru Tahun 2025
- Salma Salsabil Rilis Album Perdana ‘Berharap Pada Timur’, Ungkap Kisah Cinta dengan Dimansyah
- Intip Tren Baju Lebaran 2025, Perpaduan Outfit Elegan dan Mewah
- Paling Dinanti! Ini yang Perlu Kamu Tahu tentang Film ‘The Hunger Games: Sunrise on the Reaping’
- Wendy Cagur Dilarikan ke Rumah Sakit, Istri Panik Sampai Menangis
- Terowongan Silaturahim Jadi Simbol Toleransi, Gereja Katedral Apresiasi Dukungan Istiqlal Saat Trihari Suci
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!