Inggris Peringkat Kedua Sebagai Tujuan Investasi Global, Mengalahkan Tiongkok dan Jerman

JAKARTA - Inggris menempati posisi kedua sebagai negara yang paling menarik untuk investasi, setelah Amerika Serikat, menurut survei tahunan para pemimpin bisnis global yang dilakukan oleh PwC.

Dilansir dari The Guardian, survei yang dilakukan terhadap hampir 5.000 CEO dari 109 negara ini dirilis saat dimulainya Forum Ekonomi Dunia (WEF) di resor ski Davos, Swiss. Inggris berada di posisi kedua, mengalahkan Tiongkok, Jerman, dan India.

Inggris Peringkat Kedua Sebagai Tujuan Investasi Global, Mengalahkan Tiongkok dan Jerman
- (Dok. Freepik).

Ini adalah peringkat tertinggi yang pernah dicapai Inggris dalam sejarah survei selama 28 tahun ini, naik dari posisi keempat pada 2024, dan menunjukkan adanya peningkatan meskipun ada kekhawatiran mengenai perekonomian Inggris dalam beberapa bulan terakhir.

Menanggapi hasil survei ini, Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, mengatakan, "Hasil terbaru ini menunjukkan bahwa CEO global mendukung Inggris dan negara ini menjadi salah satu tujuan paling menarik untuk investasi internasional. Investasi inilah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup di seluruh Inggris."

Reeves dijadwalkan akan menghadiri KTT Davos, bertemu dengan para pemimpin bisnis termasuk CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, dan Presiden Ontario Teachers' Pension Plan, Jo Taylor. Reeves berencana untuk menunjukkan bahwa Inggris adalah mitra investasi yang tepat bagi para pemimpin dan investor global.

Dalam survei tersebut, 14% dari CEO yang disurvei oleh PwC memilih Inggris sebagai tujuan investasi terbesar berikutnya, setelah AS yang dipilih oleh 30% responden. Diikuti oleh Jerman (12%) dan Tiongkok (9%). Sementara Jerman tengah berjuang dengan resesi, dan masa depan ekonomi Tiongkok terasa sangat tidak pasti, terutama karena rencana Donald Trump untuk menerapkan pajak impor yang lebih tinggi.

Marco Amitrano, senior partner PwC UK, menyebutkan temuan ini sebagai "a vote of confidence in the UK as a place for business and investment." Ia juga menambahkan bahwa stabilitas Inggris di tengah ketidakpastian global tidak boleh dipandang sebelah mata, begitu juga kekuatan negara ini di sektor-sektor kunci seperti teknologi. Meski begitu, ia menegaskan bahwa Inggris tidak boleh merasa puas diri.

Minggu lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan proyeksi pertumbuhan Inggris untuk tahun ini menjadi 1,6% dari sebelumnya 1,5%, yang didorong oleh peningkatan pengeluaran investasi pemerintah, keuangan rumah tangga yang lebih baik, dan kemungkinan penurunan suku bunga oleh Bank of England.

Pemerintah berharap bahwa stabilitas politik yang dimiliki Inggris, yang berbeda dengan negara-negara Uni Eropa seperti Jerman dan Prancis yang menghadapi ketidakstabilan politik, akan menjadikan negara ini lebih menarik sebagai tempat investasi yang aman.

Menteri Keuangan Inggris, Reeves, mengonfirmasi komitmennya untuk memenuhi aturan fiskal yang telah ditetapkan, meskipun sempat terjadi gejolak di pasar obligasi yang meningkatkan biaya pinjaman bagi pemerintah. Namun, banyak kebijakan ini kemudian dibatalkan setelah angka inflasi yang lebih rendah membuka peluang bagi Bank of England untuk menurunkan suku bunga.

KTT Davos tahun ini berlangsung di tengah pelantikan Presiden Donald Trump. Presiden baru AS ini dijadwalkan akan menyampaikan pidato melalui sambungan video pada Kamis.

Sementara itu, sekelompok pengunjuk rasa Greenpeace memblokir delegasi yang tiba di heliport Davos pada hari Senin. Juru bicara Greenpeace di Davos, Clara Thompson, mengatakan, "Sungguh sebuah skandal bahwa para politisi, CEO, dan elit kaya berkumpul di Davos untuk terus berdiskusi tentang tantangan global, sementara dunia terbakar dan banyak orang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka serta menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin buruk."

Dia melanjutkan, "Ada jalan keluar: orang kaya harus membayar pajak mereka dengan adil. Tidak ada kekurangan uang untuk mengatasi krisis iklim dan sosial, hanya saja uang tersebut berada di kantong yang salah, dan sudah saatnya elit kaya yang merusak lingkungan membayar."

R
Reza Aditya
Penulis
  • Tag:
  • Viral
  • Raffi Ahmad
  • Mahfud MD

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE