Iran Ultimatum Israel: Serangan Akan Berhenti Jika Agresi Dihentikan!

JAKARTA, GENVOICE.ID - Ketegangan antara Iran dan Israel semakin mendekati titik didih. Dalam pernyataan tegas pada Minggu (15/6), Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan bahwa Iran siap menghentikan serangan terhadap Israel, jika dan hanya jika Tel Aviv terlebih dahulu menghentikan agresinya terhadap Teheran.

"Pertahanan kami sepenuhnya sah dan akan dilakukan dengan kekuatan, semata-mata sebagai respons atas agresi," ujar Araghchi, dikutip dari Antara, Minggu, (15/6).

Iran Ultimatum Israel: Serangan Akan Berhenti Jika Agresi Dihentikan!
- (Dok. Antara).

"Jika serangan dihentikan, aksi balasan Iran juga akan berakhir."

Konflik ini memuncak setelah serangan udara Israel menghantam sejumlah fasilitas militer dan nuklir Iran, termasuk di Teheran pada Jumat (13/6). Iran segera membalas dalam hitungan jam.

Gelombang kedua balasan Iran, bertajuk Operasi True Promise III, menghantam Haifa, kota pelabuhan strategis Israel, menyasar sektor ekonomi dan industri. Israel lalu membalas dengan menghancurkan Kementerian Pertahanan Iran dan depot minyak di Teheran.

Iran mengklaim sedikitnya 78 warga tewas dalam serangan hari pertama, dan puluhan lainnya terluka, termasuk anak-anak, dalam serangan lanjutan.

Kekerasan ini berdampak langsung pada runtuhnya negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang dimediasi Oman. Putaran keenam perundingan yang seharusnya digelar di Muskat pada Minggu resmi dibatalkan.

Araghchi menuding serangan Israel tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan Amerika Serikat, menyebutkan pernyataan Presiden Donald Trump yang mengindikasikan penggunaan teknologi militer AS dalam agresi itu.

"Jika AS benar-benar tidak terlibat, seharusnya mereka mengutuk secara terbuka serangan ini. Pesan tertutup tidak cukup," tegas Araghchi.

Araghchi menuduh Israel sebagai pihak yang secara aktif menggagalkan diplomasi nuklir, termasuk dengan menyabotase fasilitas pengayaan uranium Natanz pada tahun 2020 saat berlangsungnya pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 (JCPOA).

Sebagai respons atas insiden Natanz, Iran meningkatkan pengayaan uranium hingga 60% dan mengganti sentrifugal rusak dengan model lebih canggih.

Meskipun kerap diprovokasi, Iran menyatakan tetap beritikad baik dalam lima putaran negosiasi terakhir dengan AS. Namun, Israel disebut tak pernah menginginkan perdamaian diplomatik.

Iran secara resmi meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menggelar sidang luar biasa, menyebut serangan terbaru terhadap fasilitas nuklirnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

"Ini adalah garis merah yang telah dilanggar. Dunia internasional tak boleh diam," tutup Araghchi.

M
M Ihsan
Penulis
  • Tag:
  • breaking news
  • Israel

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE