Apakah Stres Bisa Menyebabkan Migrain?

JAKARTA, GENVOICE.ID - Para ahli belum sepenuhnya memahami penyebab pasti migrain, tetapi 4 dari 5 orang melaporkan bahwa stres adalah pemicunya. Bahkan, migrain bisa terjadi setelah seseorang mengalami stres yang tinggi dan kemudian merasa rileks.

Apa Itu Migrain?

Apakah Stres Bisa Menyebabkan Migrain?
- (Dok. Freepik).

Dilansir dari Healthline, migrain adalah kondisi neurologis yang menyebabkan berbagai gejala, termasuk sakit kepala berdenyut yang terasa di satu atau kedua sisi kepala, terutama di sekitar pelipis atau belakang mata. Nyeri ini bisa berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Gejala lain yang sering muncul saat migrain meliputi:

  • Mual dan muntah
  • Sensitivitas terhadap cahaya dan suara

Migrain berbeda dari sakit kepala biasa. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi beberapa pemicu sudah dikenali, termasuk stres.

Hubungan Antara Stres dan Migrain

Menurut American Headache Society, sekitar 80% penderita migrain mengidentifikasi stres sebagai pemicunya. Bahkan, beberapa orang mengalami migrain setelah stres berkurang secara tiba-tiba, yang dikenal sebagai "let-down effect".

Sebuah penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa orang yang mengalami penurunan stres dari satu hari ke hari berikutnya lebih mungkin mengalami migrain pada hari berikutnya. Oleh karena itu, mengelola stres bisa membantu mengurangi risiko migrain.

Gejala Stres dan Migrain

Sebelum migrain terjadi, beberapa gejala stres bisa muncul, seperti:

  • Gangguan pencernaan
  • Nyeri otot
  • Mudah marah
  • Kelelahan
  • Tekanan darah tinggi
  • Kesedihan atau depresi
  • Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari

Migrain sendiri memiliki beberapa tahap. Pada tahap awal (prodrome), gejala yang bisa muncul meliputi:

  • Kelelahan
  • Perubahan suasana hati
  • Sensitivitas terhadap cahaya
  • Menguap berlebihan

Beberapa orang juga mengalami "aura", yang menyebabkan gangguan penglihatan seperti melihat cahaya berkedip atau bentuk-bentuk tertentu. Aura juga bisa menyebabkan kesemutan di wajah, tangan, atau kaki, serta kesulitan berbicara.

Pada tahap sakit kepala, gejalanya bisa berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, dengan gejala seperti:

  • Sakit kepala berdenyut di satu sisi kepala
  • Sensitivitas tinggi terhadap cahaya, suara, dan bau
  • Mual dan muntah

Setelah fase sakit kepala selesai (postdrome), beberapa orang merasa lelah atau bahkan euforia. Rasa nyeri di lokasi sakit kepala juga bisa bertahan.

Cara Mengatasi Migrain Akibat Stres

Mengelola stres dapat membantu mencegah migrain. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

  1. Obat-obatan
  • Obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau parasetamol
  • Obat resep seperti naproxen dan triptan
  • Obat kombinasi seperti Excedrin Migraine
  • Obat anti-mual jika migrain disertai muntah
  • Kortikosteroid untuk migrain berat (tidak disarankan untuk penggunaan rutin)

Obat pencegahan mungkin diperlukan jika:

  • Anda sering mengalami migrain
  • Obat pereda nyeri tidak efektif
  • Migrain mengganggu aktivitas sehari-hari

Obat pencegahan meliputi beta-blocker, antidepresan, obat anti-kejang, hingga injeksi Botox.

  1. Perubahan Gaya Hidup
  • Latihan relaksasi seperti yoga dan meditasi
  • Istirahat di ruangan gelap saat migrain mulai muncul
  • Tidur cukup dengan jadwal tidur yang teratur
  • Terapi pijat untuk mengurangi stres
  • Olahraga teratur untuk menurunkan tingkat stres
  • Konsultasi dengan terapis untuk terapi perilaku kognitif
  • Terapi biofeedback untuk mengontrol reaksi tubuh terhadap stres

Jika stres menjadi pemicu utama migrain Anda, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan strategi pengelolaan stres yang tepat.

R
Reza Aditya
Penulis
  • Tag:
  • Relationship

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE