Inilah Alasan Terjadi Perbedaan Awal Puasa 1446 Hijriah di Indonesia dan Malaysia

JAKARTA, GENVOICE.ID - Penetapan awal Ramadan 1446 Hijriah di Indonesia berbeda dengan Malaysia dan Brunei Darussalam. Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025, sementara Malaysia dan Brunei memulai puasa sehari setelahnya, yakni Minggu, 2 Maret 2025. Perbedaan ini bukan hal baru dan terjadi karena perbedaan metode serta hasil pengamatan hilal yang digunakan masing-masing negara.

Indonesia menetapkan awal Ramadan berdasarkan hasil sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama. Mengutip dari AJNN, Sabtu (1/3), sidang ini mempertimbangkan hasil rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit) di berbagai titik di Indonesia serta perhitungan hisab (astronomi). Kriteria yang digunakan adalah Imkanur Rukyah MABIMS, yang mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat agar dianggap terlihat. Pada Jumat, 28 Februari 2025, pengamatan hilal di Indonesia memenuhi kriteria tersebut, sehingga awal Ramadan ditetapkan pada Sabtu, 1 Maret 2025.

Inilah Alasan Terjadi Perbedaan Awal Puasa 1446 Hijriah di Indonesia dan Malaysia
Sidang Isbat yang digelar pada Jumat (28/2) kemarin. - (Dok. Kementerian Agama RI).

Sementara itu, Malaysia dan Brunei juga menggunakan metode rukyat dan hisab dengan merujuk pada kriteria yang sama. Namun, hasil pengamatan mereka menunjukkan bahwa hilal tidak memenuhi syarat visibilitas yang telah ditentukan. Oleh karena itu, bulan Syaaban digenapkan menjadi 30 hari, dan 1 Ramadan 1446 H pun ditetapkan pada Minggu, 2 Maret 2025.

Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh faktor geografis. Posisi Indonesia yang lebih luas memungkinkan hilal terlihat lebih awal di beberapa wilayah. Sebaliknya, di Malaysia dan Brunei, kondisi visibilitas hilal bisa berbeda meskipun kriteria yang digunakan serupa. Faktor atmosfer dan cuaca di lokasi pengamatan juga dapat memengaruhi kemungkinan melihat hilal.

Penentuan awal bulan hijriah dalam kalender Islam selalu mempertimbangkan faktor astronomi dan pengamatan langsung, yang dapat menghasilkan perbedaan antarnegeri. Meski demikian, perbedaan ini tidak mengurangi makna Ramadan sebagai bulan suci bagi umat Islam, di mana pun mereka berada.

D
Daniel R
Penulis
  • Tag:
  • Ramadhan
  • Sidang Isbat

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE