Berat Badan Gak Turun Padahal Udah Diet dan Olahraga? Ini Penyebab Gagal Diet yang Jarang Disadari!

JAKARTA, GENVOICE.ID - Gen, kamu pasti pernah (atau bahkan sedang) ngalamin: udah ngurangin nasi, jaga makan, tiap hari olahraga, tapi kok timbangan gak gerak juga? Padahal kamu udah mati-matian berjuang buat diet sehat.

Kondisi kayak gini ternyata dialami banyak orang. Dan tahu gak sih, penyebabnya bisa jadi bukan dari makanan atau kurangnya olahraga, tapi dari tingginya hormon kortisol di dalam tubuhmu. Kortisol adalah hormon stres, dan kalau kadarnya terlalu tinggi, proses penurunan berat badan bisa jadi lebih lambat bahkan mandek total.

Kortisol: Si 'Penghancur' Diet yang Sering Gak Disadari

Menurut Ahli Gizi asal India, Nupur Patil, kegagalan diet bisa datang dari faktor hormon ini. Dia membagikan pengalamannya bahwa meski sudah mencoba berbagai metode diet dan olahraga, hasilnya tetap nihil.

"Kortisol tinggi adalah alasan kenapa saya tidak bisa menurunkan berat badan. Saya sudah mencoba semua jenis diet dan rutinitas olahraga. Tidak ada yang berhasil dan saya mulai kehilangan harapan." ujarnya dilansir dari Hindustan Times.

Baca Juga:

Bocoran Diet Jennie BLACKPINK, Simple, Sehat, Tetap Kenyang

Ternyata, tubuh yang terus-menerus dalam kondisi stres akan menghasilkan kortisol secara berlebihan. Akibatnya, tubuh malah menyimpan lebih banyak lemak, terutama di bagian perut.

Apa yang Bikin Kortisol Bisa Meningkat?

Menurut Dr. Mohit Sharma dari Amrita Hospital, Faridabad, penyebab utama tingginya kadar kortisol adalah stres kronis. Tapi bukan cuma itu, beberapa kebiasaan yang sering kamu lakukan juga bisa memperparahnya:

1. Gaya Hidup Pasif

Kurang gerak atau kebanyakan rebahan bikin metabolisme melambat dan mendorong tubuh menimbun lemak. Aktivitas fisik rendah = kortisol makin tinggi.

2. Tidur yang Berantakan

Begadang atau kualitas tidur yang buruk bikin produksi hormon melatonin terganggu. Ini berdampak pada naiknya kadar kortisol dan membuat kamu gampang lapar.

3. Makanan Tinggi Gula dan Lemak Jahat

Konsumsi junk food, gula rafinasi, dan makanan olahan bisa memicu lonjakan gula darah yang memperparah stres tubuh dan memperbesar produksi kortisol.

Jadi, Gimana Cara Menurunkan Kortisol Biar Diet Nggak Gagal?

Supaya program dietmu gak kandas di tengah jalan, kamu perlu bantu tubuh menurunkan kadar kortisol. Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Kurangi Kafein

Minum kopi atau teh berlebihan bisa langsung memicu peningkatan kortisol. Kalau kamu udah minum lebih dari dua cangkir sehari, coba kurangi perlahan.

2. Tidur Teratur dan Berkualitas

Usahakan tidur 7-8 jam tiap malam dan hindari begadang. Tidur yang cukup bantu tubuh mengatur hormon secara seimbang.

3. Batasi Konsumsi Suplemen Tertentu

Beberapa jenis suplemen seperti fish oil atau magnesium dikenal sebagai penghambat kortisol alami. Tapi dalam beberapa kondisi, konsumsi suplemen bisa mengganggu keseimbangan hormon tubuh, terutama kalau nggak sesuai kebutuhan.

Catatan Buat Kamu yang Lagi Berjuang Diet

Gen, kalau kamu udah coba berbagai cara tapi berat badan tetap stagnan, mungkin ini waktunya berhenti menyalahkan pola makan dan mulai perhatikan kondisi hormonmu, terutama kortisol.

Setiap tubuh itu unik. Meskipun kamu makan dan olahraga sama kayak orang lain, hasilnya bisa beda karena faktor internal seperti hormon, stres, dan metabolisme. Jadi, jangan buru-buru menyerah.

Konsultasi ke dokter atau ahli gizi bisa bantu kamu memahami kondisi tubuhmu lebih dalam, terutama kalau kamu merasa udah usaha maksimal tapi hasilnya belum kelihatan.

Gagal Diet Bukan Selalu Salah Kamu

Berat badan yang susah turun meski udah diet dan olahraga bukan berarti kamu malas atau gagal, Gen. Bisa jadi hormon kortisol-lah biang keroknya. Hormon ini naik karena stres, pola tidur buruk, konsumsi kafein berlebih, dan gaya hidup nggak aktif.

Daripada makin frustasi, lebih baik kamu fokus perbaiki pola hidup secara menyeluruh. Jaga stres tetap stabil, tidur cukup, dan olahraga dengan bijak. Karena diet yang berhasil bukan cuma soal kalori masuk dan keluar, tapi juga tentang bagaimana tubuh kamu meresponsnya dari dalam.