Investasi RI Condong ke Padat Modal Bikin Lowongan Kerja Makin Langka
JAKARTA, GENVOICE.ID - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ungkap kalau perekonomian nasional masih ngadepin tantangan gede, khususnya soal investasi.
Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani bilang kalau duit investasi yang masuk ke Indonesia kebanyakan ke sektor padat modal, bukan padat karya. Padahal, kalau duitnya lari ke sektor pada karya yang banyak nyerap tenaga kerja, ekonomi kita bisa ngebut banget karena jumlah angkatan kerja yang super banyak.
"Konsekuensinya, lapangan kerja yang tercipta semakin sedikit, sementara jumlah angkatan kerja terus bertambah," kata Shinta lewat keterangan resmi APINDO CEO Gathering di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu (19/2).
Gara-gara ini, ketimpangan antara lapangan kerja dan kebutuhan tenaga kerja makin lebar. Banyak orang akhirnya banting setir ke sektor jasa yang produktivitasnya lebih rendah, bahkan masuk ke sektor informal yang rawan banget.
"Tenaga kerja terpaksa beralih ke sektor jasa dengan produktivitas lebih rendah, bahkan masuk ke sektor informal yang rentan," kata Shinta.
Shinta juga nyorotin soal kontribusi sektor manufaktur ke Produk Domestik Bruto (PDB) yang makin nyusut. Fenomena ini namanya deindustrialisasi dini, alias manufaktur udah kehilangan tenaga dorong sebelum bener-bener bikin ekonomi kita naik kelas.
Kalau dibandingin sama negara-negara ASEAN, manufaktur Indonesia di 2023 cuma nyumbang 19 persen ke PDB, lebih rendah dari Thailand (25%), Malaysia (23%), dan Vietnam (24%).
Tanda-tanda deindustrialisasi juga keliatan dari melemahnya daya saing produk padat karya Indonesia, kayak tekstil dan produk tekstil (TPT) yang ekspornya terus turun selama 10 tahun terakhir.
Shinta ngaku, industri kita sekarang lagi kena sindrom "missing middle," di mana industri kecil merajalela (96% dari total industri), sedangkan industri menengah cuma 3% dan yang gede cuma 1%. Akibatnya, industri kita lemah banget keterkaitannya dan masih bergantung sama impor bahan baku.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti bilang fenomena ini nggak cuma kejadian di Indonesia doang, tapi di banyak negara lain juga. Makanya, kebijakan harus diarahkan ke peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) biar pada "upgrade skill."
"Itu satu- satunya solusi menjawab tren investasi yang cenderung ke padat modal. Data Badan Pusat Statistik menyatakan tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia itu 80 persen lebih masih berpendidikan SD, SMP, SMA," jelas Esther.
Sementara itu, pakar Sosiologi dari Universitas Airlangga, Bagong Suyanto bilang kalau jumlah masyarakat miskin masih banyak, pemerintah harus lebih nge-push investasi yang padat karya daripada padat modal. Selain itu, Pemerintah juga kudu nyiapin SDM yang siap kerja dan kompetitif biar gampang terserap industri.
"Melalui sistem pendidikan yang terencana, Pemerintah perlu menyiapkan SDM yang siap kerja sesuai kebutuhan industri," tandas Bagong.
Investasi RI Condong ke Padat Modal Bikin Lowongan Kerja Makin Langka
0 Comments





- Konser Maroon 5 2025 dan Prediksi Setlist yang Dibawakan di Jakarta
- 1,7 Juta Kendaraan Keluar dari Jabotabek H-1 Lebaran
- Lirik Lengkap dan Makna Lagu "Berhasil" Milik Perunggu Tentang Kekasih Sebagai Penyemangat Bermusik
- Senada Gubernur DKI Jakarta, Bank DKI Pastikan Data dan Dana Nasabah Tetap Aman
- Kuliner Nusantara Favorit Pemain Rahasia Rasa, Jerome Kurnia Suka Sate Kelopo Hingga Makanan Ini Bikin Nadya Arina Ingat...
- Breaking News! Patrick Kluivert Resmi Nahkodai Timnas Indonesia Gantikan STY
- Guncang Emosi! Sinopsis Film "La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka...", Angkat Perselingkuhan Gila Majikan dan Pengasuh
- Lirik Lengkap 'Gawat', Lagu Baru Sepatu Udara Tentang Rasa Sakit Hati Akibat Pengkhianatan
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!