Kisah Bon Iver di Album Terbaru ‘Sable, Fable’, Tentang Jatuh Cinta dan Bertahan Hidup
JAKARTA, GENVOICE.ID - Justin Vernon, otak di balik proyek musik Bon Iver, tidak sedang mencari perhatian. Bahkan, kalau bisa, ia ingin melepas semua sorotan dan hingar-bingar dunia musik. Namun, di balik penolakannya terhadap popularitas, terselip satu hal yang membuatnya tetap bertahan: musik yang sangat ia cintai.
Lewat album terbaru Bon Iver, Sable, Fable, Vernon menyajikan sesuatu yang terasa seperti catatan harian dari proses penyembuhan, bukan hanya dari depresi dan kecemasan yang menggerogotinya selama bertahun-tahun, tapi juga dari ekspektasi publik yang terlalu berat untuk dipikul.
"Aku ingin berhenti. Tapi aku serius soal lagu-lagu ini. Jadi ya, aku keluar dari zona nyaman demi karya yang aku percaya," kata Vernon yang kini berusia 43 tahun, dikutip dari The Guardian, Jumat, (11/4).
Album ini bukan sekadar karya musik, melainkan semacam perjalanan spiritual. Sisi Sable adalah potret kesedihan yang mentah, lagu-lagu tentang merasa buntu, tentang tidak tahu harus melangkah ke mana.
Tapi sisi Fable adalah letupan cahaya, saat cinta baru mengubah segalanya. Salah satu lagu kuncinya, "Everything Is Peaceful Love", lahir dari momen euforia yang sulit dijelaskan.
Meski begitu, kebahagiaan itu tidak datang tanpa pergulatan. Vernon mengakui bahwa sempat merasa begitu terperangkap oleh kehidupan sebagai musisi, hingga ia bahkan tidak bisa keluar rumah. Anxiety-nya kronis, tubuhnya "berdengung terus" selama lebih dari satu dekade.
"Sampai akhirnya aku bilang ke terapis: kalau hari ini ada bus nabrak aku, mungkin itu malah jadi kelegaan," kenangnya, datar.
Tapi titik baliknya datang dalam bentuk yang tidak terduga: cinta. Dalam lagu "Awards Season", Vernon menulis tentang seseorang yang membuatnya merasa utuh. Namun hubungan itu tak berjalan mulus.
"Aku ingin kasih semuanya ke dia. Tapi itu jadi cermin, aku butuh perasaan itu, terus menerus, kayak candu. Aku harus tarik diri dan tanya, pertumbuhan pribadiku di mana?" ungkapnya.
Dalam album ini, ia tak cuma menyampaikan lirik-lirik puitis, tapi juga menantang dirinya sendiri untuk move on dari masa lalu. Ia berhenti merokok, menjual semua alat tur, dan bahkan mempertimbangkan buat nggak tur sama sekali.
Kalau touring itu bikin aku makin hancur, ya tinggalin aja. Jangan pura-pura kuat," ujarnya tegas.
Cinta, patah hati, dan penerimaan jadi napas dari Sable, Fable. Dan dari semua lagu di album itu, favorit Vernon adalah "There's a Rhythmn". Lagu itu seperti pelukan yang lembut, mengajarkan bahwa meskipun hubungan tak selalu berujung jadi 'selamanya', kita tetap bisa berterima kasih atas dampaknya.
"Cinta bisa datang dan pergi, tapi perubahan yang dibawanya bisa tinggal selamanya," tutupnya.
0 Comments





- Jisoo dan Han So Hee Datangi Pameran Dior di Seoul, Visual dan Fashion-nya Bikin Speechless!
- Pesan Rahasia di Rambut Kate Middleton di Parade St. Patrick’s Day? Netizen Auto Spekulasi!
- Makeup Glowing Saat Lebaran? Ini Liquid Highlighter yang Wajib Dicoba!
- Teknologi di Balik Google Maps: AI dan Data Real-Time yang Bikin Navigasi Makin Canggih
- Princess Kate Tampil Glamor dengan Gaun Merah Lama di Commonwealth Day
- Sabrina Carpenter Jadi Skin Game Fortnite, Bisa Ngedance Bareng Sampai Tembak Batman Pakai Shotgun!
- Putuskan Ajukan Kasasi, Agnez Mo Angkat Suara Soal Kasus Hak Cipta
- Inspirasi di Balik Make-Up Dewy Cynthia Erivo di Critics Choice Awards
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!