Abigail Cantika Ungkap Perjuangan Lawan Psoriasis Sejak 2011, Gen! Tampil Pede Meski Kulit Penuh Bekas Luka

JAKARTA, GENVOICE.ID - Gen, kamu pasti tahu sosok Abigail Cantika dari lagu-lagunya yang penuh emosi dan makna. Tapi di balik suara emas dan penampilan anggunnya di panggung, ternyata ada cerita perjuangan yang jarang diketahui publik-yakni soal penyakit autoimun psoriasis yang sudah ia hadapi sejak lebih dari satu dekade lalu.

Lewat obrolan jujur di kanal YouTube InsertLive, Minggu (22/6/2025), Abigail akhirnya buka-bukaan tentang pengalamannya melawan psoriasis. Penyakit ini sempat bikin dia menutup diri, bahkan sampai enggan tampil di depan banyak orang karena kondisi kulitnya.

"Aku Sempat Pakai Baju Tertutup Waktu Manggung, Meski Panas Banget"

Abigail mengaku bahwa penampilan kulitnya saat kambuh sering bikin dia nggak nyaman. Psoriasis sendiri adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan dan bercak di kulit. Dalam banyak kasus, kondisi ini bikin kulit seperti bersisik atau mirip panu, dan itu sempat bikin Abigail jadi minder berat.

"Kalau dulu tuh sempat banget beberapa kali manggung harus ditutup semuanya. Walaupun venue-nya panas banget, aku kayak bela-belain pakai baju tertutup karena nggak percaya diri kalau kelihatan bekasnya,"
ceritanya dengan jujur.

Baca Juga:

Kenalan Sama Psoriasis Lewat Curhat Cantika Abigail: Dari Gatal Sampai Tatapan Jijik!

Bekas luka akibat psoriasis masih terlihat hingga kini, terutama di bagian tangan dan kaki. Tapi perasaan insecure itu perlahan mulai pudar.

Dulu Takut Dinilai, Sekarang Justru Bangga Tampil Apa Adanya

Ketika mengidap penyakit yang tampak secara visual seperti psoriasis, bukan cuma soal fisik yang diuji. Mental pun ikut diuji habis-habisan. Abigail pun mengakui kalau dulu ia sering merasa orang-orang menatap aneh ke arahnya saat sedang tampil atau ngobrol bareng.

"Kayak kadang suka jadi nggak nyaman tampil di depan orang. Atau kalau lagi ngobrol, aku suka insecure sendiri. Kayak, jangan-jangan orang lagi ngelihatin bekas psoriasis aku di jidat ya,"
ungkapnya.

Tapi sekarang, Abigail sudah bisa tampil dengan lebih percaya diri, bahkan mengenakan pakaian terbuka sekalipun tanpa takut dinilai. Semua ini adalah hasil dari perjalanan panjang menerima diri sendiri.

Mulai Berani Speak Up di Media Sosial dan Disambut Positif

Menurut Abigail, salah satu titik balik dalam perjalanannya adalah saat dia mulai berbagi cerita soal penyakit ini di media sosial. Dari situlah ia sadar, ternyata banyak orang yang peduli dan nggak sejahat bayangannya selama ini.

"Mungkin karena waktu, tapi juga semakin aku terbuka sama orang atau semakin aku membahas penyakit ini di media sosial aku, ternyata orang-orang nggak segitu jahatnya, kok,"
ucapnya.

"Ternyata itu cuma ada di pikiran aku. Mungkin kemarin-kemarin aku sempat beberapa kali bertemu dengan orang yang nggak tepat saja, yang suka komentar sesuka hati,"
lanjutnya.

Psoriasis Masih Kurang Dikenal, Tapi Bukan Alasan Untuk Menyerah

Psoriasis memang belum sepopuler penyakit kulit lainnya di Indonesia. Banyak yang belum tahu apa itu psoriasis, bahkan ada yang langsung menjauh karena penampilannya yang dinilai 'menjijikkan'. Tapi bagi Abigail, penyakit ini bukan alasan untuk merasa lebih rendah.

"Dengan penyakit ini, bukan sesuatu yang bikin aku jadi terkucilkan atau lebih buruk dari orang lain,"
tegasnya.

"Ini memang perjalanan yang nggak gampang, tapi aku percaya kita dikasih ini pasti karena ada maksudnya,"
tutup Abigail dengan penuh keyakinan.

Abigail Cantika: Suara Merdu yang Kini Jadi Suara Perjuangan

Gen, perjuangan Abigail ini nggak cuma tentang kesehatan fisik, tapi juga mental dan kepercayaan diri. Di tengah stigma dan komentar miring, dia justru tumbuh jadi sosok yang lebih kuat dan inspiratif. Cerita ini jadi pengingat bahwa setiap orang punya perjuangannya masing-masing, dan nggak semua luka harus disembunyikan.

Kalau kamu juga lagi berjuang melawan rasa insecure, semoga kisah Abigail bisa jadi semangat baru buat kamu ya. Karena tampil apa adanya, dengan segala luka dan cerita, adalah bentuk keberanian yang sebenarnya.