Penulis Skotlandia Cari Cara Hadapi AI, Makar Peter Mackay Usulkan Label Khusus untuk Buku AI-Free

JAKARTA, GENVOICE.ID -Penulis dan penerbit di Skotlandia tengah mencari cara inovatif untuk menghadapi tantangan yang muncul akibat kemajuan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia sastra.

Dilansir dari BBC International, Makar Skotlandia, Peter Mackay, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak AI dalam penciptaan karya sastra. Menurutnya, perkembangan teknologi ini berpotensi mengancam kelangsungan hidup para penulis baru yang harus bersaing dengan algoritma canggih yang mampu merangkai kata-kata layaknya seorang sastrawan berpengalaman.

Penulis Skotlandia Cari Cara Hadapi AI, Makar Peter Mackay Usulkan Label Khusus untuk Buku AI-Free
- (Dok. BBC International).

"Menjadi penulis sudah cukup sulit untuk dijadikan mata pencaharian, dan sekarang kita harus bersaing dengan akumulasi pengetahuan dari semua buku yang pernah ditulis sebelumnya dalam bentuk kecerdasan buatan. Itu adalah tantangan yang sangat berat," ujar Mackay.

Salah satu ide yang didiskusikan untuk melindungi karya asli dari pengaruh AI adalah penggunaan label khusus untuk buku yang sepenuhnya ditulis oleh manusia. Konsep ini mirip dengan logo Orb Harris Tweed, simbol yang menjamin bahwa kain Harris Tweed benar-benar dibuat secara tradisional di Kepulauan Barat Skotlandia.

"Kami membahas kemungkinan adanya tanda seperti Orb Harris Tweed atau Kitemark yang menunjukkan bahwa buku tersebut 100% bebas AI, atau diproduksi secara organik," jelas Mackay.

Alternatif lain yang diusulkan adalah menambahkan informasi transparan mengenai pengaruh gaya penulisan dalam karya yang dibuat dengan bantuan AI. Mackay membayangkan format yang menyerupai label komposisi bahan makanan, di mana buku berbasis AI dapat mencantumkan pengaruh gaya sastra tertentu.

"Misalnya, dalam satu halaman depan bisa tertulis bahwa buku ini mengandung 1% gaya Vladimir Nabokov, 2% Gertrude Stein," tambahnya.

Sebagai juri Highland Book Prize 2025, Mackay juga menyoroti peran penting penghargaan sastra dalam melindungi kreativitas asli dari dominasi AI. Ia menegaskan bahwa kompetisi sastra seharusnya merayakan keunikan dan gaya khas, sesuatu yang belum bisa ditiru AI dengan sempurna.

"Salah satu tujuan dari penghargaan sastra adalah merayakan keanehan, keberagaman, serta suara-suara baru yang unik, hal yang belum bisa dilakukan AI saat ini," ujarnya.

Namun, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan AIsuatu hari memenangkan penghargaan sastra bergengsi.

"Saya sangat takut pada hari ketika sebuah penghargaan diberikan kepada karya yang ternyata dihasilkan oleh AI. Bagaimana nasib para penulis yang telah menghabiskan waktu berjam-jam menulis dengan penuh perjuangan, hanya untuk bersaing dengan teks yang dihasilkan dalam hitungan detik oleh mesin?" katanya.

Meskipun skeptis terhadap AI dalam dunia literasi, Mackay tetap mendukung inovasi dan eksplorasi teknologi dalam batas yang tidak mengorbankan orisinalitas.

Diskusi tentang bagaimana AI memengaruhi dunia penerbitan dan sastra terus berkembang, dan ide-ide seperti label AI-Free serta transparansi gaya tulisan mungkin menjadi langkah awal dalam menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan perlindungan terhadap kreativitas manusia.

M
M Ihsan
Penulis
  • Tag:
  • Buku
  • AI

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE