Charter dan Cox Merger Puluhan Juta di Tengah Peralihan Besar ke Streaming

JAKARTA, GENVOICE.ID - Dua raksasa kabel Amerika Serikat, Charter Communications dan Cox Communications, mengumumkan merger besar senilai 34,5 miliar dolar AS, di tengah kemerosotan industri TV kabel tradisional yang terus ditinggalkan pelanggan demi layanan streaming.

Dilansir dari Variety, berikut beberapa perjanjian tersebut:

Charter dan Cox Merger Puluhan Juta di Tengah Peralihan Besar ke Streaming
- (Dok. Cheyne Gateley for Variety).
  • Charter akan mengakuisisi bisnis fiber komersial, IT terkelola, dan cloud milik Cox.

  • Cox Enterprises akan menyumbangkan unit layanan kabel residensial Cox ke anak usaha Charter Holdings.

  • Setelah merger rampung, dalam waktu setahun, perusahaan gabungan ini akan memakai nama Cox Communications.

  • Merek konsumen Spectrum milik Charter akan tetap digunakan di wilayah layanan Cox.

Kantor pusat perusahaan gabungan tetap berada di Stamford, Connecticut, dengan kehadiran besar tetap dijaga di kampus Cox di Atlanta.

Charter memperkirakan akan ada penghematan biaya tahunan hingga 500 juta dolar AS dalam tiga tahun, berasal dari efisiensi pembelian dan pemangkasan biaya operasional.

CEO Charter Chris Winfrey akan memimpin sebagai presiden dan CEO perusahaan baru, sementara Alex Taylor (CEO Cox) akan menjabat sebagai ketua. Keluarga Newhouse akan tetap menjadi investor, namun Liberty Broadband milik investor media John Malone akan keluar sebagai pemegang saham langsung.

Merger ini terjadi saat industri kabel menghadapi tekanan berat:

  • Perusahaan seperti Disney (ESPN), Fox, dan Warner Bros. Discovery (CNN) telah mengumumkan layanan streaming mandiri, memotong ketergantungan pada distributor kabel seperti Charter dan Cox.

  • Charter kehilangan 60.000 pelanggan internet dan 181.000 pelanggan video di kuartal pertama 2024.

  • Comcast juga kehilangan hampir 200.000 pelanggan broadband dan lebih dari 400.000 pelanggan TV.

Industri kabel kini menghadapi dilema ganda: menurunnya pelanggan TV dan stagnasi pertumbuhan broadband.

Charter selama ini dikenal agresif dalam negosiasi konten. Pada 2023, Chris Winfrey secara terbuka mengkritik Disney karena memaksa pelanggan membayar saluran berkonten rendah dan mendorong mereka membayar ekstra untuk streaming. Hasilnya, Charter berhasil mengurangi jumlah saluran Disney di layanannya namun tetap bisa menawarkan akses ke beberapa layanan streaming Disney.

Winfrey menyatakan bahwa merger ini akan memperkuat kemampuan perusahaan untuk menghadirkan layanan inovatif, harga kompetitif, serta menciptakan lapangan kerja domestik. "Kami akan terus menawarkan produk bernilai tinggi yang menghemat uang keluarga Amerika dan membawa lapangan kerja onshore yang berkualitas," ujarnya.

Merger ini menjadi strategi adaptif di tengah transisi besar industri media, dengan harapan mempertahankan relevansi di era streaming yang kian dominan.

M
M Ihsan
Penulis
  • Tag:
  • streaming
  • Musik

0 Comments

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Kirim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE