Argentina Berduka, Dilanda Banjir Bandang yang Merenggut 16 Nyawa

JAKARAT, GENVOICE.ID - Argentina mengumumkan tiga hari masa berkabung nasional setelah banjir bandang yang melanda wilayah Bahia Blanca dan sekitarnya menelan sedikitnya 16 korban jiwa, dengan sejumlah orang masih dinyatakan hilang. Bencana ini terjadi pada Sabtu (9/3), ketika curah hujan setara dengan satu tahun turun hanya dalam hitungan jam, menyebabkan air bah merendam seluruh kawasan pemukiman.

Dilansir dari NZ Herald, tragedi ini semakin memilukan dengan kabar dua bocah perempuan berusia 1 dan 5 tahun yang terseret arus saat berusaha menyelamatkan diri bersama ibu mereka. Menteri Keamanan Provinsi Buenos Aires, Javier Alonso, mengonfirmasi bahwa sang ibu berhasil diselamatkan, namun kedua anaknya masih dalam pencarian. Tim penyelam terus bekerja di daerah yang masih tergenang lebih dari satu meter air.

Wali Kota Bahia Blanca, Federico Susbielles, dalam konferensi persnya mengungkapkan bahwa kerugian infrastruktur akibat banjir ini mencapai 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun. Sementara itu, jaringan listrik di sebagian besar wilayah pesisir terputus akibat tingginya volume air di jalanan, memaksa pihak berwenang untuk menonaktifkan aliran listrik guna mencegah risiko lebih lanjut.

Presiden Argentina, Javier Milei, secara resmi mengumumkan tiga hari berkabung nasional sebagai bentuk solidaritas bagi para korban.

"Seluruh sektor pemerintahan nasional akan fokus pada upaya bantuan bagi para korban dalam masa duka yang mendalam ini," demikian pernyataan resmi dari kantor kepresidenan.

Pemerintah juga mengalokasikan dana darurat sebesar 10 miliar peso Argentina atau sekitar Rp 256 miliar untuk mendukung upaya rekonstruksi.

Dukungan dan belasungkawa datang dari berbagai pihak, termasuk bintang sepak bola dunia asal Argentina, Lionel Messi. Melalui unggahan di Instagram, ia menyampaikan simpati kepada para korban dan keluarga mereka.

"Banyak kekuatan untuk semua yang sedang menghadapi masa sulit ini," tulis Messi.

Banjir di Bahia Blanca menjadi pengingat nyata akan dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem. Otoritas setempat terus mengimbau warga untuk tetap waspada dan mengikuti arahan evakuasi demi menghindari lebih banyak korban jiwa.