Arsenal Gagal Lagi di Liga Champions: Mikel Arteta Harus Segera Buktikan Bisa Bawa Trofi
Mikel Arteta datang ke Paris dengan ambisi besar: membawa Arsenal menorehkan sejarah baru di Liga Champions. Namun, kenyataan pahit kembali menyapa. Di tengah atmosfer membara Parc des Princes dan pesta kembang api kemenangan Paris Saint-Germain (PSG), Arsenal harus angkat koper setelah kalah agregat 2-3 di semifinal.
JAKARTA, GENVOICE.ID - Meski tampil solid dan penuh semangat, The Gunners tak mampu membalikkan defisit dari leg pertama. Dua gol PSG yang dicetak Fabian Ruiz dan Achraf Hakimi di dua babak menjadi pukulan telak. Bukayo Saka sempat membuka harapan dengan gol telatnya, namun semuanya sudah terlambat.
Ini menjadi ironi bagi Arteta yang sejak awal memimpin proyek kebangkitan Arsenal. Lima tahun tanpa trofi, sejak FA Cup 2020, kini menjadi tekanan nyata. Meski masih dipercaya penuh oleh manajemen, suara publik mulai menuntut lebih dari sekadar "progres" dan "proses". Klub elite seperti Arsenal diharapkan mengangkat piala, bukan hanya tampil baik.
"Kami semua sangat ingin menang, itu tujuan kami bermain sepak bola," ujar gelandang Arsenal dan Inggris, Declan Rice, seusai laga.
Statistik semakin memperparah luka: Ini adalah kekalahan keempat Arsenal di semifinal turnamen besar dalam empat tahun terakhir, termasuk Liga Europa 2021, EFL Cup 2022 dan 2024, dan kini Liga Champions 2025. Mereka juga mencatat rekor sebagai tim dengan jumlah pertandingan terbanyak (201 laga) di Liga Champions tanpa pernah meraih gelar juara.
Arteta pun dinilai melakukan kesalahan strategis sejak awal musim, terutama karena gagal merekrut striker tajam yang dibutuhkan untuk pertandingan krusial seperti ini. Meski lini tengah Arsenal yang diisi Declan Rice dan Martin Odegaard bermain impresif, ketajaman di lini depan kembali menjadi masalah besar.
Gabriel Martinelli dan Odegaard punya peluang emas di awal pertandingan, tapi semua dimentahkan oleh aksi brilian kiper PSG, Gianluigi Donnarumma, yang tampil seperti tembok hidup selama dua leg.
Lebih buruknya lagi, Arsenal jadi penyebab kehancuran mereka sendiri. Clearance buruk dari Thomas Partey membuka jalan bagi gol pertama PSG, sementara kesalahan penguasaan bola juga berujung pada gol kedua yang mematikan asa.
Di sisi lain, PSG yang diasuh Luis Enrique terus menunjukkan perkembangan menakjubkan. Setelah menyingkirkan Manchester City, Arsenal, dan Aston Villa, mereka kini siap menghadapi Inter Milan di final Liga Champions di Munich dan mengejar gelar pertama mereka.
Arteta sempat membuat pernyataan kontroversial sebelum pertandingan, dengan menyebut bahwa Arsenal seharusnya sudah memenangkan dua gelar Premier League berdasarkan jumlah poin musim lalu dan sebelumnya. Pernyataan yang dinilai tak relevan, karena pada akhirnya, hanya trofi yang berbicara.
Kini, harapan Arsenal tinggal pada perebutan posisi lima besar di Premier League agar bisa kembali ke Liga Champions musim depan. Namun, untuk membuktikan bahwa mereka bukan sekadar "tim hampir", perubahan nyata harus dilakukan, dimulai dengan mendatangkan penyerang haus gol.
Jika tidak, proyek besar Arteta bisa berubah menjadi narasi kegagalan panjang: selalu dekat, tapi tak pernah cukup dekat untuk menang.
0 Comments





- Catat! Ini 5 Rekomendasi Motor yang Cocok untuk Dikendarai Saat Musim Hujan, Tertarik Beli?
- Rupiah Melemah Imbas Rencana Trump Terapkan Tarif Impor Semikonduktor dan Farmasi
- Kakorlantas Polri Siapkan Skenario Arus Balik Lebaran Awal April
- Borneo FC dan Persebaya Surabaya Berbagi Poin di Pekan ke-33 Liga 1
- Miles Films Resmi Umumkan Pemain Rangga & Cinta, Film Rebirth dengan Tema Teatrikal dari 'Ada Apa Dengan Cinta?'
- Park Bo-young Gelar Jumpa Penggemar Perdana Sejak 2019 Bertajuk "written BY"
- Shopee Imbau Masyarakat Waspadai Modus Penipuan Berkedok Layanan E-Commerce
- Jangan Sepelekan! Ini Cara Bertindak Cepat saat Dilanda Banjir
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!