Kisah Menegangkan Mahasiswa WNI Selamat dari Serangan Israel di Iran: 'Kami Sempat Berlindung di Bawah Tanah'

JAKARTA, GENVOICE.ID - Di tengah hujan rudal dan ledakan memekakkan telinga, Ali Murtado, seorang mahasiswa asal Indonesia berusia 24 tahun, bertahan hidup di Kota Qom, Iran, saat konflik bersenjata antara Israel dan Iran memanas.

Ali, yang baru saja tiba kembali di Indonesia, menceritakan bagaimana mencekamnya proses evakuasi darurat yang ia jalani bersama puluhan Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya.

"Kondisi di sana cukup mencekam. Serangan dari Israel terjadi beberapa saat, berhenti, lalu lanjut lagi. Tidak bisa diprediksi," ujarnya, dikutip dari Antara,Rabu (25/6).

Ali mengatakan perjalanan evakuasi melalui jalur darat sempat terhenti akibat serangan drone Israel. Para WNI dipaksa berlindung di bunker bawah tanah yang telah disiapkan pemerintah Iran untuk warga sipil.

"Saya sempat dengar dua ledakan besar. Tapi alhamdulillah, mayoritas serangan bisa ditepis oleh pertahanan Iran," tambahnya.

Evakuasi Ali dimulai dari Qom menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran, lalu dilanjutkan ke perbatasan Iran-Azerbaijan di wilayah Baku. Perjalanan tersebut menempuh waktu sekitar 4 hingga 5 hari.

"Kami menginap semalam di gedung KBRI. Setelah itu pukul 07.00 pagi kami berangkat ke perbatasan dan menginap dua hari di Baku sebelum diterbangkan ke Istanbul dan Jakarta," katanya.

Dari total 97 WNI yang berhasil dievakuasi ke perbatasan Baku, baru 29 orang yang diberangkatkan ke Tanah Air dalam tahap pertama. Namun, hanya 11 orang yang berhasil tiba di Indonesia pada Rabu sore, menggunakan penerbangan Turkish Airlines TK 56 yang mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pukul 17.35 WIB.

"Sebanyak 18 WNI lainnya masih tertahan di Qatar karena penutupan bandara, jadi penerbangannya tertunda," jelas Ali.

Situasi di Timur Tengah yang kembali memanas menyebabkan proses pemulangan berlangsung secara bertahap dan bergantung pada akses transportasi udara yang sangat terbatas.