Jangan Sampai Terjebak! Ini Bahaya Toxic Positivity yang Bisa Ngerusak Hubungan Kamu

JAKARTA, GENVOICE.ID - Pernah nggak sih kamu dikasih nasihat kaya, "Sabar aja, semua pasti ada hikmahnya" atau "Yang penting tetap positif!" saat kamu lagi down banget? Meskipun niatnya mungkin baik, kata-kata itu justru bisa jadi contoh dari toxic positivity yang sering nggak disadari. Alih-alih bikin tenang, kadang malah bikin tambah tertekan dan ngerasa nggak valid secara emosional.

Di balik kalimat-kalimat manis itu, terselip tuntutan buat selalu keliatan bahagia dan kuat, padahal kita semua butuh ruang buat ngerasain emosi negatif juga. Yuk, kenali lebih dalam soal toxic positivity ini, gimana pengaruhnya ke hubungan, dan cara biar kita bisa lebih sehat secara emosional!

Apa Itu Sebenarnya Toxic Positivity?

Toxic positivity tuh semacam dorongan buat terus berpikir positif dalam kondisi apa pun, termasuk saat lagi sedih, marah, atau kecewa. Masalahnya, ini justru jadi cara yang nggak sehat karena memaksa orang buat menekan emosi yang wajar.

Contohnya kayak: "Yuk senyum, jangan sedih terus!" atau "Masih mending kamu, aku lebih parah." Kalimat-kalimat kayak gitu tuh ngebuat kita ngerasa bersalah hanya karena merasa sedih.

Optimis vs Toxic Positivity, Beda Tipis Tapi Penting Banget!

Optimis itu bagus banget, bisa bikin semangat hidup dan ngelawan tantangan. Tapi toxic positivity beda. Kalau optimis adalah usaha buat tetap waras meski hidup nggak ideal, toxic positivity malah maksa kita pura-pura semuanya baik-baik aja, padahal nggak.

Kalau kamu terus-terusan maksa diri buat senyum meski hati lagi hancur, itu tandanya kamu udah masuk zona toxic positivity.

Tanda-Tanda Kamu Udah Kelewat Positif

• Nggak berani jujur sama perasaan sendiri karena takut dikira lemah

• Bilang ke orang yang lagi sedih: "Udah ya, jangan dipikirin terus."

• Menghindari topik-topik sedih atau berat biar suasana tetap ceria

• Merasa nggak enak kalau harus curhat yang sedih-sedih

• Ngerasa bersalah karena ngerasa sedih atau marah

• Bilang "Bisa jadi lebih buruk" ke orang yang lagi berjuang

Gimana Toxic Positivity Bisa Merusak Hubungan?

Menurut pakar hubungan Carla Marie Manly, toxic positivity bisa bikin komunikasi dalam hubungan jadi nggak sehat. Karena kita nggak bisa jadi diri sendiri dan malah makin menjauh dari pasangan.

Berikut beberapa tanda hubungan kamu udah mulai keracunan:

1. Komunikasi Penuh Sarkasme
   Jarang ngobrol dari hati ke hati. Yang ada cuma ejekan atau sindiran.

2. Cemburu Berlebihan
   Susah buat bahagia liat pasangan sukses. Malah ngerasa terancam.

3. Kurang Dukungan
   Pasangan lebih fokus ke dirinya sendiri. Kamu ngerasa sendirian dalam hubungan.

4. Sikap Nggak Menghargai
   Sering telat atau lupa janji. Keliatannya kecil, tapi bisa bikin kamu ngerasa nggak penting.

5. Tumbuh Rasa Kesal yang Dipendam
   Makin lama makin banyak unek-unek yang nggak diungkapin.

6. Perilaku Mengontrol
   Sering ditanya-tanya terus, dicek HP-nya, atau diatur terus.

7. Selalu Gelisah Tanpa Alasan
   Hidup bareng pasangan malah bikin kamu capek mental tiap hari.

Terus Gimana Dong Ngadepinnya?

Kunci utamanya adalah jujur sama diri sendiri dan kasih ruang buat semua emosi. Kamu boleh kok ngerasa capek, marah, sedih, atau kecewa. Itu semua manusiawi banget.

Coba deh:

• Validasi perasaan sendiri tanpa merasa bersalah

• Stop ngasih nasihat yang mengabaikan rasa sakit orang lain

• Dengerin lebih banyak, nasihatin lebih sedikit

• Bangun komunikasi yang jujur dan suportif bareng pasangan

Hidup Itu Nggak Selalu Cerah, Tapi Kita Bisa Tumbuh dari Semua Rasa

Daripada maksa selalu ceria, lebih baik kita belajar buat nerima kenyataan dan ngerasain semua emosi yang ada. Dengan begitu, hubungan kita bisa jadi lebih kuat dan jujur. Jangan lupa, perasaan negatif itu bukan musuh, tapi bagian dari proses tumbuh.

Kita hidup cuma sekali. Rasain semuanya, nikmatin prosesnya, dan jadi lebih sehat-mental, emosional, dan dalam hubungan!