Indonesia Targetkan 1,5-2 Juta Wisatawan Tiongkok pada 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia (RI) menargetkan jumlah wisatawan asal Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia bisa mencapai 1,5 hingga 2 juta orang pada tahun ini. Angka tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun lalu yang hampir mencapai 1,2 juta, meskipun masih berada di bawah level tahun 2019.

Tren peningkatan ini diharapkan terus berlanjut pada 2025 dengan berbagai strategi, salah satunya adalah peningkatan frekuensi penerbangan langsung dari Tiongkok ke Indonesia.

"Penerbangan dari Tiongkok ke Indonesia belum kembali normal atau masih sekitar 70 persen dari level 2019, inilah yang kini kita berupaya dorong," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenpar RI, Vinsensius Jemadu, dilansir dari Antara.

Pemerintah Indonesia terus mendorong penambahan rute penerbangan langsung dari Tiongkok ke sejumlah destinasi wisata, baik melalui penerbangan reguler maupun carter.

Salah satu upaya terbaru adalah maskapai Tiongkok, Lucky Air, yang telah membuka penerbangan langsung dari Kunming ke Manado mulai 18 Februari 2025 dengan frekuensi tiga kali dalam sepekan.

Selain itu, promosi pariwisata di pasar Tiongkok akan semakin diperkuat melalui kerja sama dengan media sosial, layanan pemesanan tiket dan hotel, serta agen perjalanan wisata.

Segmen pasar yang disasar pun diperluas, termasuk wisatawan free independent traveler (FIT) yang bepergian tanpa paket tur, serta wisatawan dari daerah Tiongkok bagian utara dan kelas menengah atas.

Wisatawan asal Tiongkok menyumbang sekitar 8,6 persen dari total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun lalu.

Mereka menjadi kelompok wisatawan terbesar keempat setelah Malaysia, Australia, dan Singapura, dengan mayoritas kunjungan masuk melalui Jakarta, Bali, dan Surabaya.

Di sisi lain, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) menyebut bahwa pemerintah dapat meningkatkan daya saing wisata Indonesia di pasar Tiongkok melalui kebijakan pembebasan visa, serta peningkatan kemampuan Bahasa Mandarin bagi para pelaku industri wisata domestik.