Apa Itu Trading Halt dan Bagaimana Dampaknya ke IHSG? Simak Penjelasannya!
JAKARTA, GENVOICE.ID - Pasar saham Indonesia lagi heboh! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis yang bikin Bursa Efek Indonesia (BEI) buru-buru menerapkan mekanisme penghentian perdagangan sementara atau trading halt. Langkah ini dilakukan buat mencegah kepanikan yang bisa bikin harga saham makin jeblok.
Dilansir dari Antara, artikel ini akan menjelaskan Trading Halt dan mengapa IHGS bisa anjlok dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Kenapa Trading Halt Diterapkan?
Trading halt ini bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba, melainkan sudah diatur dalam peraturan bursa. Tujuannya simpel: biar pasar nggak makin terjun bebas gara-gara aksi jual besar-besaran akibat kepanikan. Dengan menghentikan perdagangan sementara, investor punya waktu buat mencerna situasi dan mengambil keputusan yang lebih tenang.
Ternyata, mekanisme ini nggak cuma berlaku di Indonesia aja, tapi juga di bursa saham dunia kayak Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Fungsinya sama, buat jadi rem otomatis biar indeks nggak jatuh terlalu dalam dalam waktu singkat.
Kok Bisa IHSG Anjlok?
Ternyata, ada banyak faktor yang bikin IHSG terjun bebas. Dari sisi global, ketidakpastian ekonomi dunia masih tinggi. Kebijakan Amerika Serikat soal tarif dagang bikin dampak negatif ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Belum lagi bank sentral dunia yang menerapkan kebijakan moneter ketat dan situasi geopolitik yang nggak stabil.
Dari dalam negeri, ada beberapa kebijakan yang dianggap kontroversial dan bikin investor waswas. Salah satunya adalah pernyataan Presiden Prabowo yang menyebut saham sebagai bentuk perjudian. Pernyataan ini langsung bikin pasar ketar-ketir, soalnya kepercayaan investor adalah faktor utama dalam pergerakan pasar modal.
Selain itu, kebijakan penghapusan utang UMKM dan pencatatan utang program juga jadi perhatian. Investor khawatir kebijakan ini bisa berdampak negatif ke sektor perbankan, apalagi jika risiko kredit macet makin tinggi. Rencana pemerintah buat mendirikan 80.000 koperasi desa dengan dana Rp400 triliun dari bank BUMN juga dinilai bisa meningkatkan risiko keuangan.
Sektor Mana yang Paling Kena Dampak?
Penurunan IHSG kali ini paling terasa di sektor perbankan. Saham-saham unggulan kayak BMRI, BBRI, BBCA, dan BBTN anjlok tajam, bahkan ada yang turun lebih dari 40 persen dalam beberapa bulan terakhir! Nggak cuma perbankan, sektor lain kayak teknologi, bahan baku, properti, dan energi juga ikut kena imbasnya.
Trading Halt: Penyelamat atau Sekadar Jeda?
Dalam situasi seperti ini, trading halt jadi semacam tombol darurat buat mencegah anjloknya harga saham lebih dalam. Dengan menghentikan perdagangan sementara, investor bisa mengatur ulang strategi mereka dan menghindari keputusan impulsif.
Sejarah membuktikan bahwa pasar saham sering mengalami guncangan, tapi selalu bisa bangkit lagi. Dari krisis finansial 1998, krisis subprime mortgage 2008, sampai trading halt akibat pandemi COVID-19 di 2020, pasar modal selalu punya cara buat pulih.
Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Di tengah kondisi ini, pemerintah dan otoritas keuangan harus cepat tanggap. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan perlu memastikan likuiditas pasar tetap aman, supaya aksi jual berlebihan bisa diredam. Kepercayaan investor juga harus dijaga dengan kebijakan ekonomi yang transparan dan stabil.
Buat investor, ini bisa jadi peluang buat membeli saham bagus dengan harga lebih murah. Biasanya, setelah koreksi besar, pasar akan menemukan titik balik dan mulai pulih. Yang penting, jangan panik dan tetap fokus ke fundamental perusahaan yang solid.
Jadi, meskipun IHSG lagi gonjang-ganjing, bukan berarti ini akhir dari segalanya. Dengan strategi yang tepat, pasar saham Indonesia masih punya peluang buat bangkit dan tumbuh lebih kuat!