Viral! Pengukuran Tinggi Badan Calon Pegawai PT KAI Pakai Benang, Netizen Heboh: "Benang Kematian!"

JAKARTA, GENVOICE.ID - Media sosial kembali geger! Kali ini gara-gara beredarnya video seleksi calon pegawai PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang menampilkan cara pengukuran tinggi badan yang bikin geleng-geleng kepala. Bukannya pakai alat ukur profesional seperti stadiometer, panitia seleksi justru kedapatan memakai... benang!

Yup, kamu nggak salah baca. Benang.

Video berdurasi kurang dari semenit itu pertama kali diunggah oleh akun TikTok @nec44a. Dalam video itu, terlihat seorang peserta berdiri di depan pintu, sementara petugas seleksi mencocokkan tinggi badannya dengan seutas benang yang ditempel di kusen pintu.

"Kalo ga lolos makasih sukses katanya coba lagi guys, the real benang kematian KAI wkwkwk," tulis si pengunggah dalam keterangan video tersebut, yang langsung viral dan menuai banyak reaksi dari netizen.

Netizen Auto Komentar Pedas

Nggak butuh waktu lama, kolom komentar pun dibanjiri oleh netizen yang heran sekaligus terhibur dengan metode unik tersebut. Banyak yang menyayangkan kenapa proses seleksi BUMN sebesar PT KAI justru menggunakan alat yang dianggap tidak presisi.

"Ini serius rekrutmen resmi PT KAI? Kok pakai benang segala, ini lagi ukur tinggi badan," tulis salah satu pengguna TikTok dengan nada bingung.

Yang bikin makin heboh, beberapa orang membandingkan adegan ini dengan video viral serupa dari India yang juga menunjukkan cara pengukuran tinggi badan dengan metode manual dan seadanya.

Metode yang Dinilai Kurang Profesional

Metode pengukuran tinggi badan seharusnya dilakukan dengan alat yang jelas ukurannya dan bisa divalidasi, seperti stadiometer yang biasa dipakai di rumah sakit atau instansi resmi lainnya. Penggunaan benang tentunya mengundang pertanyaan soal keakuratannya. Apalagi, ini menyangkut nasib para pelamar yang berharap bisa lolos ke tahap berikutnya.

Hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari PT KAI terkait video tersebut. Tapi netizen sudah terlanjur heboh dan menyebut metode ini sebagai "benang kematian" karena bisa jadi penentu lolos atau tidaknya seseorang hanya berdasarkan seutas benang.