Jadi Santapan Khas Lebaran, Ternyata Ini Asal-usul Ketupat

JAKARTA, GENVOICE.ID - Ketupat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri di Indonesia. Hidangan ini tidak hanya berfungsi sebagai makanan khas, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Tradisi menyajikan ketupat saat Lebaran diyakini berasal dari pengaruh ajaran Islam yang berkembang di Nusantara, khususnya melalui dakwah para Wali Songo.

Salah satu tokoh yang berperan dalam memperkenalkan ketupat adalah Sunan Kalijaga. Dalam budaya Jawa, ketupat disebut kupat, yang memiliki filosofi mendalam. Kata tersebut berasal dari frasa ngaku lepat, yang berarti mengakui kesalahan, serta laku papat, yang merujuk pada empat makna dalam kehidupan, yaitu Lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Lebaran menandakan berakhirnya bulan Ramadan, sedangkan luberan menggambarkan limpahan rezeki yang sebaiknya dibagikan kepada sesama. Leburan mencerminkan pengampunan dosa setelah menjalankan ibadah puasa, sementara laburan melambangkan kesucian hati, diambil dari kata labur yang berarti kapur.

Seiring perkembangan zaman, tradisi ketupat menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan mengalami berbagai variasi dalam cara penyajian. Hidangan ini biasanya disantap bersama opor ayam, rendang, atau sayur labu, yang semakin memperkaya cita rasa khas Lebaran. Selain di Indonesia, ketupat juga ditemukan dalam budaya masyarakat Melayu di Malaysia dan Brunei, yang menunjukkan adanya kesamaan tradisi di kawasan Asia Tenggara.

Lebih dari sekadar makanan, ketupat telah menjadi simbol kebersamaan dan refleksi diri. Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi, memperkuat nilai-nilai sosial serta semangat berbagi dan saling memaafkan dalam momen Lebaran.