Tragis! Pendaki Cantik Asal Brasil Tewas di Gunung Rinjani, Ini 5 Fakta Meninggalnya Juliana Marins
JAKARTA, GENVOICE.ID - Jagat maya tengah diguncang kabar duka dari Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Juliana Marins, pendaki asal Brasil, ditemukan tewas setelah terjatuh ke jurang saat melakukan pendakian. Kisah tragis ini menjadi sorotan publik, terutama karena sejumlah kejanggalan dan dugaan kelalaian dalam pengawasan tur.
Berikut lima fakta penting di balik insiden memilukan ini:
1. Terpeleset dan Terjatuh Saat Tertinggal dari Rombongan
Juliana Marins bergabung dalam pendakian bersama rombongan wisata, menempuh jalur Sembalun menuju Danau Segara Anak-jalur favorit para pendaki. Namun, kondisi fisiknya melemah saat perjalanan, hingga ia tertinggal dari kelompok. Tanpa pengawasan, Juliana diduga terpeleset pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, dan jatuh ke jurang dengan kedalaman ratusan meter.
2. Minim Pengalaman, Tak Didampingi Saat Tertinggal
Juliana diketahui tidak memiliki pengalaman mendaki gunung, dan mempercayakan keamanan penuh kepada operator tur lokal. Namun, pemandu wisata tidak melakukan pengecekan berkala, sehingga tidak menyadari bahwa Juliana telah tertinggal. Kejadian ini memicu pertanyaan soal standar operasional prosedur (SOP) dan tanggung jawab pemandu.
3. Ditemukan di Tebing Curam Lewat Drone Thermal
Setelah empat hari pencarian intensif, tim SAR gabungan akhirnya menemukan Juliana dalam kondisi tidak bernyawa di kedalaman sekitar 400-500 meter dari titik awal jatuh. Deteksi dilakukan menggunakan drone thermal milik Kantor SAR Mataram, yang membantu menembus vegetasi lebat dan medan terjal.
4. Evakuasi Dramatis di Tengah Cuaca Ekstrem
Proses evakuasi jasad Juliana tidak mudah. Medan curam, batuan licin, serta cuaca ekstrem memperlambat pergerakan tim penyelamat. Selain itu, minimnya akses dan keterbatasan alat evakuasi vertikal membuat operasi berlangsung dalam kondisi penuh risiko.
5. Adik Juliana Marah, Kecam Lambannya Penanganan
Rasa frustrasi memuncak di media sosial setelah adik Juliana menyuarakan kritik tajam terhadap proses evakuasi yang dinilai lamban dan kurang transparan. Ia juga mengecam minimnya komunikasi antara otoritas Indonesia dengan pihak keluarga di Brasil. Seruan agar pemerintah Indonesia lebih serius menangani kasus ini pun mengemuka.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana turut menyampaikan belasungkawa dan mengakui bahwa insiden ini adalah peringatan keras soal pentingnya penegakan SOP pendakian.
"Keselamatan wisatawan harus menjadi prioritas. Prosedur keselamatan bukan formalitas, tapi nyawa taruhannya," ujar Menteri Widiyanti.
Kasus Juliana Marins menyoroti celah besar dalam pengawasan wisata ekstrem di Indonesia. Dari kurangnya pengawasan pemandu hingga ketidaksiapan dalam evakuasi darurat, insiden ini menjadi pengingat bahwa keindahan alam juga menyimpan risiko besar jika tidak dikelola secara profesional.