Marcel Ophuls, Sutradara Dokumenter Peraih Oscar, Wafat di Usia 97 Tahun
JAKARTA, GENVOICE.ID - Marcel Ophuls, sutradara dokumenter kelahiran Jerman yang dikenal karena karya-karyanya yang mendalam dan penuh keberanian dalam mengungkap isu-isu politik, moral, dan filosofis, telah meninggal dunia pada usia 97 tahun.
Dilansir dari The Hollywood Reporter, kabar duka tersebut disampaikan cucunya, Andreas-Benjamin Seyfert,yang menyebutkan bahwa Ophuls "meninggal dengan tenang" di kediamannya di wilayah selatan Prancis.
Ophuls meraih penghargaan Academy Award, serta penghargaan dari Festival Film Cannes dan Berlin, berkat film dokumenter epiknya Hotel Terminus (1988). Film sepanjang 4 jam 27 menit ini menggali kehidupan Klaus Barbie, tokoh Nazi yang dijuluki "Si Algojo dari Lyon", yang akhirnya dihukum atas kejahatan perang di Bolivia pada 1987.
Namun, karya Ophuls yang paling dikenal luas adalah The Sorrow and the Pity (1969). Dokumenter sepanjang 4 jam 11 menit ini mengangkat realitas pendudukan Nazi di kota Clermont-Ferrand, Prancis, dan bagaimana warga setempat, ada yang melawan, ada yang berkolaborasi, dan sebagian besar hanya mengikuti arus. Ophuls merekam lebih dari 60 jam wawancara dan arsip selama lebih dari dua tahun untuk menyusun film ini.
Film ini begitu kontroversial hingga tidak ditayangkan di Prancis selama 12 tahun setelah selesai diproduksi. Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada tahun 2000, Ophuls menjelaskan bahwa tujuannya bukan untuk menghakimi rakyat Prancis.
"Banyak orang di Prancis mengira film ini menyampaikan pesan tentang bagaimana perilaku bangsa ini saat itu," kata Ophuls.
Karya tersebut dipuji kritikus film ternama Pauline Kael sebagai "salah satu film paling menuntut yang pernah dibuat", sementara Life menyebutnya sebagai "dokumen kemanusiaan yang agung." Film ini bahkan menjadi bagian dari budaya populer, tampil dalam film Annie Hall karya Woody Allen.
Selain dua karya tersebut, Ophuls juga membuat dokumenter berpengaruh lainnya seperti A Sense of Loss (1972) tentang konflik Protestan-Katolik di Irlandia Utara, The Memory of Justice (1976) yang membandingkan pengadilan Nuremberg dengan Perang Vietnam, dan Veillées d'armes (1994) mengenai wartawan yang berada di tengah pengepungan Sarajevo.