Empat Warga Palestina Tewas Tragis Saat Rakyat Kelaparan Terobos Gudang Pangan PBB di Gaza
JAKARTA, GENVOICE.ID - Rasa lapar yang mendera ribuan warga Palestina di Gaza memicu aksi putus asa saat mereka menerobos masuk ke sebuah gudang makanan milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam upaya mencari makanan di tengah blokade yang terus berlanjut, empat orang meninggal dunia akibat terinjak-injak dan luka tembak.
Kejadian memilukan itu berlangsung di gudang Program Pangan Dunia (WFP) di Deir al-Balah, Gaza tengah, pada Rabu sore. Dua orang dilaporkan meninggal karena terinjak dalam kerumunan yang panik, sementara dua lainnya meninggal akibat luka tembak. Belum ada kepastian siapa yang menembak, namun korban luka tembak termasuk wanita dan anak-anak.
Video yang beredar memperlihatkan kerumunan yang berdesak-desakan dan berteriak saat mereka mencoba mendapatkan bantuan pangan yang sangat langka. Beberapa orang bahkan melemparkan karung tepung dan kotak makanan ke arah warga yang berebut di luar.
WFP menyatakan kondisi di Gaza kini sangat genting. Setelah 80 hari blokade total yang menahan masuknya bantuan pangan dan kebutuhan dasar, warga Gaza menghadapi ancaman kelaparan massal. "Gaza sangat membutuhkan bantuan pangan secara mendesak. Ini satu-satunya cara agar warga tidak sampai mati kelaparan," kata WFP dalam pernyataannya.
Koordinator khusus PBB untuk Timur Tengah, Sigrid Kaag, menyebut situasi ini seperti "perahu penyelamat yang datang setelah kapal tenggelam." Ia memperingatkan bahwa warga Gaza yang kelaparan sudah kehilangan harapan. Hampir tiga juta jiwa terperangkap dalam pengepungan selama 11 minggu, tanpa akses makanan dan kebutuhan vital lainnya.
Selain malnutrisi yang menyebar luas, banyak fasilitas penting seperti pabrik roti yang bergantung pada bantuan gas memasak kini berhenti beroperasi. Harga bahan makanan yang tersedia pun melambung tinggi, membuat akses pangan menjadi sangat sulit bagi mayoritas warga Gaza.
Tragedi ini terjadi sehari setelah insiden penembakan di titik distribusi makanan lain di Gaza selatan, di mana pasukan Israel menembaki warga yang berkumpul untuk mengambil bantuan. Setidaknya satu warga tewas dan puluhan terluka dalam kejadian tersebut.
Para saksi mata melaporkan pasukan Israel menembaki warga yang mencoba menerobos pagar di lokasi distribusi, yang dikelola oleh kelompok yang didukung AS namun berada di bawah kendali Israel. Kerusuhan dan kepanikan pecah ketika warga mencoba mendapatkan makanan yang sangat dibutuhkan, menimbulkan kerusakan pada fasilitas dan menimbulkan korban jiwa.
Blokade yang diterapkan Israel sejak Maret lalu dengan alasan menghambat senjata Hamas sebenarnya telah membuat warga sipil Gaza menderita. Laporan global memperkirakan setengah juta warga Gaza menghadapi ancaman kelaparan akut, termasuk puluhan ribu anak-anak yang sangat rentan terhadap malnutrisi.
PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan telah menolak sistem distribusi makanan baru yang didukung AS dan Israel, karena dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 2 juta warga Gaza. Sistem baru ini juga dinilai berpotensi memperparah ketegangan dan konflik antara pasukan militer dan warga sipil yang kelaparan.
Kepala badan pengungsi Palestina PBB, Philippe Lazzarini, mengkritik kebijakan tersebut sebagai pemborosan sumber daya dan pengalihan perhatian dari penderitaan yang terus berlangsung. Ia menegaskan komunitas kemanusiaan siap membantu dengan sistem yang sudah ada, namun harus diberikan akses penuh agar dapat menyelamatkan nyawa warga Gaza.
Sementara itu, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang diizinkan Israel mengelola distribusi makanan menggantikan PBB, menyatakan tidak ada tembakan yang dilepaskan kepada warga dan tidak ada korban dalam kejadian tersebut. Namun kenyataan di lapangan memperlihatkan kondisi yang jauh berbeda.
Di tengah kondisi yang semakin memburuk, Presiden AS Donald Trump menyatakan pihaknya berupaya mempercepat pengiriman bantuan pangan ke Gaza, meski banyak pihak masih meragukan efektivitas dan niat sebenarnya dari langkah tersebut.
Sekelompok organisasi non-pemerintah internasional menilai bantuan yang diberikan selama ini hanya menjadi kedok untuk mempertahankan strategi militer yang menindas dan mengontrol rakyat Palestina.
Kisah kelaparan dan perjuangan rakyat Gaza ini terus menjadi bukti nyata betapa blokade dan kekerasan yang berkepanjangan membuat warga sipil menderita, dan menuntut perhatian dunia agar segera membuka akses bantuan dan menghentikan penindasan yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam.