Konflik Trump versus Universitas Harvard kian Memanas

Genvoice.id | 28 May 2025

NEW YORK - Bukan Donald Trump kalau tidak mengancam. Pada Senin (26/5), Presiden Amerika Serikat (AS) itu mengancam bakal mengalihkan dana hibah miliaran dollar AS dari Universitas Harvard untuk dialihkan ke sekolah-sekolah kejuruan di seluruh AS.

Anvaman ini, tentu memperpanas ketegangan antara Trump dengan universitas bergengsi di AS tersebut. "Saya mempertimbangkan untuk mengambil dana hibah sebesar tiga miliar dollar AS dari Harvard yang sangat antisemit, dan memberikannya kepada sekolah-sekolah kejuruan di seluruh negeri," kata Trump melalui unggahan di media sosial.

"Itu akan menjadi investasi yang luar biasa bagi AS, dan sangat dibutuhkan," ia menambahkan.

Pemerintahan Trump telah mengambil sikap untuk membekukan pendanaan dan memblokir kemampuan Harvard untuk menerima mahasiswa internasional dalam perselisihan yang semakin intensif atas apa yang disebut sang presiden sebagai kegagalan universitas Ivy League itu dan universitas-universitas lainnya dalam menindak tegas antisemitisme.

Harvard adalah universitas tertua dan terkaya di AS dengan dana abadi sebesar 53 miliar dollar AS.

"Para pejabat pemerintah telah menggunakan alasan tersebut untuk menekan sekolah-sekolah agar melembagakan perubahan kebijakan yang luas yang menurut para pejabat universitas melanggar kebebasan berbicara dan misi akademis mereka," tulis Bloomberg News dalam laporannya mengenai langkah itu.

"Harvard telah menjadi sorotan utama dalam kampanye Trump, dengan pemerintahannya telah menangguhkan dana penelitian federal senilai lebih dari 2,6 miliar dollar AS dan mengatakan bahwa universitas tersebut tidak akan dapat menerima pendanaan baru," imbuh laporan itu.

Sebelumnya, pada Minggu (25/5) Trump menginginkan nama dan negara asal dari setiap mahasiswa asing yang terdaftar di Universitas Harvard. Permintaan Trump itu dikemukakan hanya beberapa hari setelah seorang hakim federal menolak pemerintahan Trump untuk mencabut hak Harvard dalam menerima mahasiswa asing.

"Kami ingin tahu siapa saja mahasiswa asing itu, sebuah permintaan yang masuk akal karena kami memberi Harvard miliaran dollar, tetapi Harvard tidak sepenuhnya terbuka," tulis Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social.

"Kami menginginkan nama dan negara asal mereka. Mengapa Harvard tidak mengatakan bahwa hampir 31 persen dari mahasiswa mereka berasal dari negara asing, namun negara-negara tersebut, beberapa di antaranya sama sekali tidak bersahabat dengan AS, tidak membayar apa-apa untuk pendidikan mahasiswa mereka, dan mereka juga tidak pernah berniat untuk melakukannya," tulis Trump.

"Tidak ada yang mengatakan itu kepada kami!" Trump juga meminta salah satu institusi bagian dari Ivy League tersebut untuk berhenti mengajukan permohonan dana federal lebih lanjut.

Cabut Sertifikasi

Pada Kamis (22/5), Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengumumkan bahwa pihaknya akan mencabut sertifikasi Harvard untuk Student and Exchange Visitor Program (SEVP), yang secara efektif melarang universitas itu menerima mahasiswa asing.

Semua mahasiswa asing yang ada saat ini harus pindah ke universitas lain atau kehilangan status legal mereka. Harvard kemudian segera mengajukan gugatan terhadap pemerintah AS, dan seorang hakim federal di Massachusetts pada Jumat (23/5) mengeluarkan perintah penangguhan sementara yang mencegah pemerintah memberlakukan larangan tersebut sembari menunggu sidang lengkap.

Data Harvard menunjukkan bahwa hingga semester musim gugur 2023, mahasiswa asing mencakup lebih dari 27 persen dari total mahasiswa yang terdaftar.

Universitas tersebut saat ini memiliki hampir 6.800 mahasiswa dan cendekiawan internasional dari 140 lebih negara dan kawasan, yang sebagian besar dari mereka sedang menempuh studi tingkat pascasarjana. Mahasiswa asing merupakan sumber pendapatan yang signifikan bagi institusi-institusi pendidikan tinggi di AS.