Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki: BNPB Tegaskan Penetapan Status Tanggap Darurat Harus Dinamis

Genvoice.id | 28 Apr 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan bahwa penetapan status tanggap darurat terkait erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), harus mengikuti dinamika aktivitas vulkanik yang sangat fluktuatif.

Dilansir dari Antara, dalam Diskusi Dinamika Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana yang disiarkan daring, Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat BNPB, Andria Yuferryzal, menyampaikan bahwa perubahan karakteristik erupsi membuat status darurat tidak bisa ditetapkan secara kaku. Andria menggambarkan kondisi gunung tersebut dengan mengatakan, "Gunung itu seperti istri yang sedang hamil, sulit diprediksi. Bisa tiba-tiba berubah. Sudah turun ke transisi, bisa naik lagi menjadi tanggap darurat."

Terkait penetapan status yang saat ini diperpanjang hingga Agustus 2025, Andria mengingatkan bahwa keputusan tersebut harus didasarkan pada rapat koordinasi bersama dan evaluasi yang menyeluruh, bukan hanya keputusan BPBD setempat. "Mau tidak mau memang harus diperpanjang, tetapi perlu dicantumkan dalam dasar Surat Keputusan (SK) alasan memperpanjang, seperti kebutuhan mengakses dana Belanja Tidak Terduga (BTT)," ujarnya.

Andria juga menekankan pentingnya aspek administrasi, terutama dalam mencantumkan klausul penggunaan BTT untuk mempermudah pemeriksaan dan akuntabilitas di kemudian hari.

Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali mengalami erupsi pada Minggu (27/4), menghasilkan kolom abu setinggi sekitar 4.000 meter di atas puncak, atau 5.584 meter di atas permukaan laut. Erupsi yang disertai dentuman keras ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 milimeter dan durasi sekitar 1 menit 4 detik. Hingga saat ini, Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berstatus Siaga (Level III).

BNPB mengimbau agar seluruh pihak terkait di daerah terus meningkatkan kesiapsiagaan dan merespons perkembangan aktivitas vulkanik dengan cepat dan terkoordinasi untuk mengurangi risiko bencana.