Investor Kecewa! Nvidia Gagal Pertahankan Momentum Reli AI

Genvoice.id | 28 Feb 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Wall Street bereaksi negatif terhadap laporan keuangan Nvidia, menyebabkan saham raksasa chip ini anjlok lebih dari 8% pada Kamis (28/2).

Dilansir dari Reuters, investor tampak kecewa dengan prospek pertumbuhan Nvidia yang melambat, meskipun pendapatan kuartal pertama perusahaan tetap melampaui ekspektasi pasar. Penurunan ini turut menekan saham teknologi lain dalam kelompok "Magnificent Seven," seperti Microsoft dan Amazon, yang juga ditutup lebih rendah.

CEO Nvidia, Jensen Huang, melaporkan bahwa permintaan terhadap chip Blackwell terbaru perusahaan tetap tinggi. Namun, Nvidia memperkirakan pertumbuhan pendapatannya hanya sekitar 65% untuk kuartal pertama 2025, bahkan jauh dari lonjakan tiga digit yang sebelumnya menjadi standar dalam era boom kecerdasan buatan (AI). Selain itu, margin laba kotor diperkirakan turun menjadi 71%, level terendah dalam satu tahun terakhir.

Selama dua tahun terakhir, Nvidia menjadi barometer utama bagi industri AI, dengan lonjakan valuasi yang menembus angka 3 triliun dolar AS. Namun, belakangan ini, pasar semakin skeptis terhadap keberlanjutan investasi besar-besaran dalam infrastruktur AI oleh perusahaan teknologi. Terlebih, kemunculan model AI murah dari startup Tiongkok, DeepSeek, semakin menambah kekhawatiran investor akan potensi penghematan belanja teknologi di masa depan.

Saham Nvidia telah menjadi bintang utama dalam reli AI, dengan kenaikan lebih dari 400% dalam dua tahun terakhir. Namun, tanda-tanda perlambatan telah mulai terlihat. Pada laporan terbaru, pendapatan kuartal Januari Nvidia mencapai 39,33 miliar dolar, hanya mengungguli ekspektasi pasar sebesar 3,4%. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, Nvidia melampaui ekspektasi dengan margin lebih dari 7%.

Investor juga mengingat kejadian bulan lalu, ketika ketakutan akan pengurangan belanja chip AI menyebabkan nilai pasar Nvidia anjlok lebih dari setengah triliun dolar dalam satu hari, sebuah rekor di Wall Street. Laporan terbaru mengenai pemangkasan sewa pusat data oleh Microsoft juga semakin memperburuk sentimen terhadap industri ini.

Meskipun ada tanda-tanda perlambatan, analis tetap optimis terhadap Nvidia. Dari 63 analis yang memantau saham ini, 33 memberikan rating "strong buy." Harga target median berada di angka 175 dolar, mencerminkan potensi kenaikan sekitar 33% dari harga penutupan Rabu lalu.

Saat ini, saham Nvidia diperdagangkan pada rasio harga terhadap pendapatan (P/E ratio) sekitar 29 kali proyeksi laba ke depan, turun dari lebih dari 80 kali dua tahun lalu. Sebagai perbandingan, rivalnya, Advanced Micro Devices (AMD), memiliki rasio P/E sekitar 22 kali.

"Dengan valuasi di sekitar 30x pendapatan ke depan, harga saham Nvidia masih tergolong wajar," ujar Derren Nathan, kepala riset ekuitas di Hargreaves Lansdown.

Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah Nvidia masih bisa mempertahankan statusnya sebagai pemimpin dalam revolusi AI atau justru mulai kehilangan momentumnya di tengah pasar yang semakin skeptis.