Abis Naik Terbitlah Turun: Rupiah Indonesia Melemah Lagi! Mengapa Demikian?

Genvoice.id | 27 May 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (26/5), seiring aksi profit taking di pasar saham dan kekhawatiran pasar terhadap kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah bayang-bayang Trump.

Dilansir dari Antara, rupiah ditutup melemah 32 poin atau 0,19% ke posisi Rp16.249 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.218 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, mengungkapkan bahwa faktor domestik yang mendorong pelemahan rupiah adalah aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor di tengah pekan pendek akibat hari libur nasional.

"Indeks bursa sudah melesat cukup tinggi dari titik terendahnya tahun ini. Jadi wajar jika investor mulai merealisasikan keuntungan," jelas Rully kepada ANTARA.

Namun, bukan hanya faktor domestik yang menekan rupiah. Sentimen global, khususnya sikap hawkish Federal Reserve (The Fed), turut memperparah tekanan terhadap mata uang Garuda.

Menurut Rully, ketidakpastian kebijakan tarif AS yang mungkin kembali diberlakukan jika Donald Trump memenangkan pemilu, menjadi momok yang dikhawatirkan The Fed.

"Ada kekhawatiran kebijakan tarif Trump bisa memicu inflasi tinggi dan naiknya angka pengangguran," ujarnya.

Senada, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyoroti pernyataan Neel Kashkari, Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, yang menyatakan bahwa The Fed tidak mungkin menurunkan suku bunga pada September mendatang.

Tak hanya itu, penjualan surat utang pemerintah AS yang terus dilakukan turut memicu kehati-hatian pelaku pasar terhadap kesehatan fiskal AS.

"Kashkari bahkan memperingatkan risiko stagflasi akibat tarif Trump," kata Ibrahim.

Meski di pasar spot rupiah melemah, nilai tukar referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) justru menguat. Berdasarkan data Bank Indonesia, JISDOR hari ini tercatat di posisi Rp16.207 per dolar AS, menguat dari sebelumnya di level Rp16.289.

Situasi ini menunjukkan adanya perbedaan dinamika antara pasar spot dan referensi BI, yang bisa mencerminkan intervensi atau perbedaan persepsi terhadap kondisi jangka pendek pasar valas domestik.