Pejabat Trump Klaim Serangan ke Iran Berhasil Total, Sebut Fasilitas Nuklir Hancur Total
JAKARTA, GENVOICE.ID - Pemerintahan Donald Trump mengklaim serangan militer AS ke Iran akhir pekan lalu mencapai keberhasilan penuh, dengan menyebut adanya "intelijen baru" yang mendukung pernyataan tersebut. Beberapa pejabat tinggi, termasuk Direktur CIA dan Direktur Intelijen Nasional, menyebut bahwa situs-situs nuklir utama Iran mengalami kerusakan parah dan akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali.
Pernyataan itu muncul setelah bocoran laporan dari Defense Intelligence Agency (DIA) menyebut dampak serangan hanya menunda program nuklir Iran beberapa bulan. Laporan ini langsung dibantah oleh pejabat Trump yang menyebutnya tidak akurat dan menyesatkan.
Tulsi Gabbard, Direktur Intelijen Nasional yang juga dikenal sebagai mantan anggota Kongres, menyatakan melalui akun media sosial bahwa fasilitas di Natanz, Fordow, dan Esfahan sudah benar-benar dihancurkan. Hal serupa juga ditegaskan oleh Direktur CIA John Ratcliffe, yang menyebut bahwa intelijen dari sumber terpercaya menyatakan situs-situs tersebut kini tidak bisa digunakan dan harus dibangun dari awal.
Trump sendiri sempat menyebut intelijen awal "belum konklusif", namun kemudian menguatkan kembali klaim keberhasilan serangan. Ia juga menyebut bahwa AS menjatuhkan 14 bom penghancur bunker ke tiga lokasi penting Iran.
Di tengah polemik ini, Gedung Putih disebut-sebut berencana membatasi akses Kongres terhadap dokumen rahasia terkait serangan tersebut. Hal ini memicu kritik keras dari sejumlah anggota parlemen, terutama dari Partai Demokrat, yang menilai transparansi kepada lembaga legislatif adalah kewajiban konstitusional pemerintah.
Sementara itu, laporan internasional menyebut sebagian besar uranium yang telah diperkaya kemungkinan besar telah dipindahkan sebelum serangan, meskipun pernyataan resmi Gedung Putih membantah klaim tersebut. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga mengaku kehilangan jejak bahan nuklir tersebut sejak konflik dimulai, tetapi menegaskan bahwa belum ada bukti bahwa uranium itu hilang atau disembunyikan.
Trump menegaskan bahwa serangan ini membuat Iran terlalu terpukul untuk membangun kembali program nuklirnya. Ia bahkan menyebut tidak lagi memerlukan kesepakatan dengan Teheran, karena menurutnya kerusakan sudah cukup membuat Iran mundur.
Di sisi lain, otoritas Iran dilaporkan mengalihkan fokus dari konflik dengan Israel ke pengetatan kontrol dalam negeri. Sejumlah penangkapan dilakukan terhadap mereka yang dituduh berkolaborasi dengan Israel, termasuk tindakan represif terhadap warga sipil.
Meski sempat ada harapan dari oposisi dan pihak luar bahwa krisis ini akan memicu perlawanan rakyat terhadap pemerintahan Iran, hingga kini belum tampak adanya gelombang protes besar di negara tersebut. Pemerintah Iran justru memperkuat kehadiran militer dan aparat keamanan di berbagai wilayah.