AS Bantah Laporan Iran Sempat Pindahkan Uranium

Genvoice.id | 26 Jun 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Pemerintahan Presiden Donald Trump membantah laporan yang menyebut Iran sempat memindahkan uranium yang telah diperkaya sebelum serangan udara AS, di tengah perdebatan yang berkembang soal sejauh mana serangan tersebut menghambat program nuklir Teheran.

Trump, yang ingin mendapatkan pujian atas perintah serangan militer dan kemudian gencatan senjata cepat antara Israel dan Iran, mengecam keras laporan media yang mengutip dokumen rahasia dan meragukan besarnya kerusakan yang ditimbulkan di situs nuklir Iran.

Salah satu pertanyaan yang banyak dibahas para ahli adalah kemungkinan bahwa Iran, dalam persiapan menghadapi serangan, telah memindahkan sekitar 400 kg uranium yang telah diperkaya-yang kini diduga disembunyikan di lokasi lain di dalam wilayah Iran yang luas.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyampaikan kepada Fox News bahwa "tidak ada indikasi" uranium itu telah dipindahkan sebelum serangan.

"Terkait kondisi di lapangan saat ini, semuanya terkubur di bawah puing-puing akibat keberhasilan serangan pada Sabtu malam," ujar Leavitt.

Namun, Wakil Presiden JD Vance dalam wawancara pada hari Minggu terdengar lebih berhati-hati. Ia mengatakan AS akan berdiskusi lebih lanjut dengan Iran terkait masalah bahan bakar nuklir tersebut.

"Dalam beberapa minggu ke depan, kami akan bekerja untuk memastikan ada langkah lanjut terhadap bahan itu," kata Vance kepada program This Week di ABC News.

Jumlah uranium yang dimaksud sebelumnya telah dilaporkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), lembaga pengawas nuklir PBB. Setelah serangan AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, pemerintah Iran mempertimbangkan untuk menghentikan kerja sama dengan badan tersebut.

"Kami kehilangan jejak atas bahan itu sejak konflik dimulai," ujar Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi kepada stasiun TV Prancis, France 2. Namun ia menambahkan, "Saya tidak ingin memberi kesan bahwa bahan tersebut hilang atau disembunyikan."

Militer AS menyatakan telah menjatuhkan 14 bom penghancur bunker GBU-57 seberat 13.600 kg ke tiga situs nuklir Iran.

Trump terus mengklaim bahwa serangan itu telah "menghancurkan total" fasilitas nuklir Iran, termasuk lokasi penting di Fordow yang berada di dalam gunung.

Namun, penilaian awal dari laporan rahasia-yang pertama kali diberitakan CNN-menyebut bahwa serangan itu tidak menghancurkan komponen utama dan hanya menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan.

Trump pun merespons dengan kemarahan, menuntut agar jurnalis CNN yang melaporkan berita itu dipecat. Di platform Truth Social miliknya, ia juga menyebut Menteri Pertahanan Pete Hegseth (yang ia juluki sebagai "menteri perang") akan menggelar konferensi pers pada Kamis pukul 08.00 pagi waktu AS untuk "membela kehormatan pilot-pilot hebat Amerika" yang melaksanakan serangan tersebut.

Kepala badan intelijen AS pun turut angkat bicara. Direktur CIA John Ratcliffe menyatakan bahwa informasi intelijen terbaru dari sumber terpercaya menunjukkan bahwa "beberapa fasilitas nuklir utama Iran telah dihancurkan dan akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali."

Pemerintah Iran sendiri mengakui bahwa fasilitas nuklir mereka mengalami kerusakan serius.