Tiger Parenting: Pola Asuh Ketat yang Bikin Anak Jadi ‘Sempurna’ Tapi Bisa Rusak Mental, Ini Faktanya!
JAKARTA, GENVOICE.ID - Gen, pernah dengar istilah "tiger parenting" alias pola asuh harimau? Ini gaya parenting yang bikin orang tua benar-benar ngasih tekanan besar buat anak supaya jadi juara, terutama di sekolah dan kegiatan lain. Orang tua yang pakai cara ini biasanya punya ekspektasi super tinggi dan disiplin ketat. Anak-anaknya kudu belajar dan latihan terus, sampai main dan santai pun sering nggak boleh.
Kalau kamu mikir pola asuh kayak gini cuma soal disiplin doang, tunggu dulu! Faktanya, gaya ini bisa bawa dampak yang jauh lebih rumit buat kesehatan mental dan emosional anak. Yuk, kita kulik tuntas soal tiger parenting dan kenapa gaya asuh ini jadi kontroversi banget!
Apa Itu Tiger Parenting?
Pola asuh harimau ini populer setelah Amy Chua, seorang penulis, terbitkan bukunya Battle Hymn of the Tiger Mother. Di buku itu, dia ceritain aturan super ketat: nggak boleh nginep di rumah teman, dilarang nonton TV, dan harus selalu jadi yang terbaik di sekolah - tidak ada yang nomor dua!
Orang tua dengan gaya ini biasanya nuntut anaknya supaya belajar berjam-jam, ikut les musik, atau olahraga tanpa banyak waktu buat bermain atau hangout. Minat anak pun sering nggak dianggap, bahkan kalau anak salah jalan bisa sampai dihukum.
Dampak Emosional yang Sering Nggak Terlihat
Menurut penelitian, anak yang dibesarkan dengan tiger parenting cenderung mengalami kecemasan, depresi, dan merasa nggak percaya diri. Kadang orang tua pakai rasa malu atau rasa bersalah buat ngatur anak mereka. Misalnya, bilang "Kamu nggak berguna" karena nilai ujian cuma biasa-biasa saja. Efeknya? Anak bisa merasa rendah dan mentalnya jadi rapuh.
Sebuah studi di Singapura pada 2018 juga nunjukin anak-anak dengan orang tua super kritis lebih sering kena stres, depresi, dan takut gagal dibanding yang punya gaya asuh lebih santai.
Anak-anak ini juga rawan jadi perfeksionis, yang justru bisa berbahaya buat kesehatan mental. Mereka takut gagal, malah jadi mandek dan nggak berani coba hal baru.
Kreativitas dan Kebebasan Anak Jadi Korban
Karena fokus utamanya cuma ke prestasi, pola asuh ini sering bikin anak nggak punya waktu buat ngembangin kreativitas atau bersosialisasi. Hobi dan teman jadi terlupakan, semua waktu dihabiskan buat belajar dan latihan.
Selain itu, karena orang tua mengatur semua, anak jadi jarang dilatih buat ambil keputusan sendiri. Akibatnya, motivasi mereka juga jadi nggak murni dari hati - mereka cuma ngelakuin sesuatu buat nyenengin orang tua, bukan karena mereka sendiri mau.
Kenapa Orang Tua Pilih Gaya Ini?
Banyak orang tua yang pakai pola asuh harimau ini asalnya dari latar belakang hidup yang keras, di mana kegagalan bisa berakibat fatal-misalnya kemiskinan atau diskriminasi. Jadi, dorongan mereka buat anak jadi sukses itu sebenarnya bentuk perlindungan.
Tapi, pendekatan ketat ini kadang malah bikin jarak emosional antara anak dan orang tua. Anak bisa merasa kalau kasih sayang dan penerimaan cuma datang kalau mereka berhasil, bukan karena mereka siapa adanya.
Cari Keseimbangan, Yuk!
Walaupun pola asuh harimau bisa ngasih anak etos kerja dan disiplin yang bagus, para ahli sepakat kalau orang tua juga harus kasih kehangatan dan pengertian. Anak perlu merasa dicintai tanpa syarat, bukan cuma karena nilai bagus atau prestasi.
Biarkan anak eksplorasi minatnya, belajar dari kesalahan, dan punya waktu buat sosialisasi penting banget buat tumbuh kembang mereka.
Para psikolog juga nyaranin orang tua buat lebih dengerin perasaan anak dan bantu mereka tetapkan tujuan sendiri. Dengan cara ini, anak bisa bangun kepercayaan diri dan motivasi dari dalam, bukan dari tekanan luar.
Kalau kamu merasa pola asuh ketat bikin kamu stres, gak ada salahnya juga cari bantuan profesional buat atasi kecemasan atau perasaan negatif lainnya.
Jadi gimana, Gen? Pola asuh harimau memang punya niat baik, tapi jangan sampai bikin mental anak jadi korban ya. Yuk, kita dukung anak-anak buat tumbuh jadi pribadi yang bahagia, bukan cuma pinter!