Kerja Bisa Bikin Sakit Jiwa? Ini Tanda Lingkungan Kerjamu Toksik!
JAKARTA, GENVOICE.ID - Apakah Anda merasa cemas setiap kali alarm pagi berbunyi karena harus menghadapi hari kerja? Jika tempat kerja Anda dipenuhi oleh rasa tidak hormat, tekanan berlebihan, atau rekan kerja yang menjatuhkan, Anda tidak sendirian.
Dilansir dari Healthline, banyak orang saat ini menghadapi lingkungan kerja toksik yang secara perlahan mengikis kesehatan mental dan harga diri mereka.
Lingkungan kerja seharusnya menjadi tempat untuk berkembang, bukan bertahan hidup.
Apa Itu Lingkungan Kerja Toksik?
Lingkungan kerja disebut toksik ketika Anda merasa tidak aman secara psikologis. Dalam atmosfer ini, sering kali terdapat:
-
Kepemimpinan yang agresif atau narsistik
-
Perundungan dan pelecehan
-
Persaingan tidak sehat dan sabotase
-
Perilaku pasif-agresif, gosip, dan diskriminasi
-
Kurangnya rasa hormat dan empati
Tanda-tanda ini bukan hanya mengganggu kenyamanan bekerja, tetapi juga bisa menjadi sumber tekanan psikologis yang serius.
Dampak Lingkungan Kerja Toksik terhadap Kesehatan Mental
Delapan jam sehari di tempat kerja yang penuh tekanan bukan hanya melelahkan - itu bisa menghancurkan. Riset menunjukkan bahwa perundungan, ostrasisme, dan ketidakadilan di tempat kerja berkaitan langsung dengan:
-
Stres kronis
-
Insomnia
-
Kecemasan dan depresi
-
Penurunan produktivitas
-
Keinginan untuk resign bahkan tanpa rencana matang
Bahkan, menurut laporan dari MIT Sloan Management Review, budaya kerja toksik menjadi alasan nomor satu karyawan mengundurkan diri selama gelombang Great Resignation, mengalahkan alasan klasik seperti gaji rendah.
10 Strategi Menghadapi Lingkungan Kerja Toksik
-
Ingat: Ini Bukan Salah Anda
Anda tidak bertanggung jawab atas perilaku buruk orang lain. Anda hanya bisa mengontrol cara Anda merespons. -
Ambil Jeda di Luar Kantor
Gunakan waktu istirahat untuk keluar dari lingkungan kerja, berjalan di taman, atau sekadar menikmati udara segar. -
Tegaskan Batasan Anda
Katakan tidak pada permintaan yang tidak adil, seperti kerja lembur tanpa kompensasi atau absen istirahat makan siang. -
Hindari Drama
Jangan biarkan diri Anda terseret dalam gosip atau konflik yang tidak perlu. -
Fokus pada Tujuan Pribadi Anda
Ingatkan diri sendiri bahwa Anda punya rencana lebih besar dan lingkungan ini hanya sementara. -
Ritual Setelah Kerja
Lakukan aktivitas yang membersihkan energi negatif, seperti berjalan kaki, berendam air hangat, atau menelepon orang terkasih. -
Bangun Lingkaran Dukungan Kecil
Temukan rekan kerja yang bisa dipercaya untuk berbagi dan saling mendukung. -
Tetap Pegang Nilai Anda
Jangan biarkan tempat kerja yang buruk mengubah karakter Anda. Bertahanlah dengan integritas. -
Latih Teknik Manajemen Stres
Cobalah meditasi, yoga, atau olahraga rutin untuk membantu menstabilkan emosi. -
Rencanakan Jalan Keluar
Mulailah menyusun strategi untuk pindah kerja ke tempat yang lebih sehat secara mental.
Kabar baiknya, banyak organisasi kini mulai memperhatikan pentingnya kesehatan mental karyawan. Survei dari American Psychological Association (2024) menemukan bahwa 91% karyawan merasa puas bekerja ketika perusahaan mereka menyediakan dukungan mental.
Perusahaan dengan budaya kerja yang sehat biasanya:
-
Memberi fleksibilitas saat Anda perlu mengurus urusan pribadi
-
Menghargai waktu istirahat dan cuti
-
Mendorong pemeliharaan kesehatan mental
-
Mempromosikan keadilan dan transparansi
Jika masalah berasal dari satu atau dua individu, pertimbangkan untuk bicara dengan atasan yang Anda percaya atau tim HR. Beberapa perusahaan juga menawarkan employee assistance program (EAP) yang bisa membantu menangani konflik atau tekanan kerja.
Namun, jika seluruh budaya perusahaan bersifat toksik, mungkin ini saatnya untuk menjaga diri dan mulai mencari jalan keluar. Tetap profesional, jaga kesehatan mental Anda, dan yakini bahwa Anda layak mendapatkan tempat kerja yang sehat dan mendukung.