Kenali Gejala dan Penyebab Kadar Kortisol Tinggi, Hormon Stres yang Bisa Picu Masalah Kesehatan Serius
JAKARTA, GENVOICE.ID - Kadar kortisol dalam tubuh yang terlalu tinggi dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius. Kortisol dikenal sebagai hormon stres, yang secara alami diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap ancaman atau tekanan. Namun, bila produksinya berlebihan dan terjadi terus-menerus, kondisi ini bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan fisik maupun mental.
Dilansir dari Healthline, dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai Cushing syndrome atau hiperkortisolisme.
Apa Itu Kortisol?
Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan memiliki peran penting dalam mengatur metabolisme, respons imun, tekanan darah, serta respons tubuh terhadap stres.
Secara alami, kadar kortisol naik dan turun sepanjang hari. Namun, produksi berlebih secara kronis dapat menyebabkan gejala yang mengganggu dan mengindikasikan adanya gangguan kesehatan mendasar.
Gejala Kortisol Tinggi
Kadar kortisol yang tinggi bisa menimbulkan berbagai gejala, antara lain:
-
Kenaikan berat badan, terutama di wajah dan perut
-
Jerawat
-
Kulit menipis dan mudah memar
-
Wajah memerah
-
Proses penyembuhan luka melambat
-
Kelemahan otot
-
Kelelahan berat
-
Mudah marah atau emosional
-
Kesulitan berkonsentrasi
-
Tekanan darah tinggi
-
Sakit kepala
Gejala yang muncul bisa berbeda tergantung pada penyebab dan seberapa tinggi kadar kortisol dalam tubuh.
Apa Penyebab Kortisol Tinggi?
Beberapa faktor dapat memicu peningkatan kadar kortisol, di antaranya:
-
Stres Berkepanjangan
Saat tubuh menghadapi tekanan fisik atau emosional, sistem saraf dan hormon bekerja sama memicu pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Ini adalah bagian dari mekanisme "fight or flight". Namun, jika stres terjadi terus-menerus, kadar kortisol tetap tinggi dan dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh. -
Gangguan pada Kelenjar Pituitari (Hipofisis)
Kelenjar pituitari mengatur produksi berbagai hormon, termasuk ACTH, yang merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol. Tumor atau gangguan pada kelenjar ini bisa menyebabkan produksi ACTH berlebih, sehingga meningkatkan kadar kortisol. -
Tumor pada Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal dan berfungsi memproduksi kortisol. Tumor, baik jinak maupun ganas, dapat menyebabkan produksi hormon secara berlebihan. Jika ukurannya cukup besar, tumor ini juga bisa menimbulkan rasa sakit atau tekanan di perut. -
Efek Samping Obat-obatan
Penggunaan obat kortikosteroid dosis tinggi atau dalam jangka panjang, seperti prednison, bisa meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh. Oleh karena itu, penghentian penggunaan obat ini harus dilakukan secara bertahap di bawah pengawasan dokter.
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Jika seseorang mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kadar kortisol tinggi, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Diagnosis biasanya dilakukan dengan sejumlah tes, seperti:
-
Tes darah dan urin: Mengukur kadar kortisol dalam darah dan urin selama 24 jam.
-
Tes air liur malam hari: Karena kadar kortisol normalnya turun di malam hari, kadar tinggi saat malam bisa menjadi indikator Cushing syndrome.
-
Pemeriksaan pencitraan (MRI/CT scan): Digunakan untuk mendeteksi adanya tumor pada kelenjar pituitari atau adrenal.
Risiko Kesehatan Jika Kortisol Terus Tinggi
Jika tidak ditangani, kortisol tinggi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko sejumlah kondisi serius, seperti:
-
Penyakit kardiovaskular
-
Diabetes
-
Osteoporosis
Penanganan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasari, bisa meliputi pengobatan, perubahan gaya hidup, atau tindakan medis seperti operasi.