Rusia dan Ukraina Sepakat Hentikan Penggunaan Kekuatan di Laut Hitam
JAKARTA, GENVOICE.ID - Rusia dan Ukraina mencapai kesepakatan untuk menghilangkan penggunaan kekuatan di Laut Hitam setelah melakukan pembicaraan paralel dengan Amerika Serikat di Arab Saudi. Namun, Kremlin menetapkan bahwa gencatan senjata maritim hanya akan dimulai jika sanksi terhadap ekspor pertanian Rusia dicabut.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa pihaknya sedang meninjau syarat yang diajukan Rusia. Kremlin mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih yang dapat menjadi pencabutan sanksi besar pertama sejak invasi 2022. Kedua negara yang berkonflik juga sepakat untuk menghentikan serangan terhadap jaringan energi selama 30 hari serta memperluas cakupan perjanjian tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut baik perkembangan ini tetapi menolak pelemahan sanksi terhadap Rusia. Ia juga menyatakan keprihatinan atas pembicaraan yang tampaknya dilakukan AS dengan Rusia terkait pembagian wilayah Ukraina. Zelenskyy menegaskan bahwa negosiator Ukraina tidak membahas isu tersebut, meskipun Trump sebelumnya menyatakan bahwa AS tengah mendiskusikan masalah wilayah dengan Rusia.
Menurut laporan, Rusia meminta kendali penuh atas tiga wilayah Ukraina yang saat ini sebagian diduduki, yaitu Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Kyiv secara konsisten menolak klaim ini dan hanya menyatakan kesiapan untuk mengakui pendudukan Rusia berdasarkan garis kontrol yang ada saat ini.
Gedung Putih merilis dua pernyataan yang hampir serupa, di mana kedua pihak sepakat untuk memastikan navigasi yang aman dan menghilangkan penggunaan kekuatan di Laut Hitam. Namun, pernyataan Rusia menyebut bahwa AS akan membantu pemulihan akses Rusia ke pasar global untuk ekspor pertanian dan pupuk dengan menurunkan biaya asuransi serta meningkatkan akses ke sistem pembayaran dan pelabuhan.
Trump tidak mengonfirmasi adanya pencabutan sanksi dan menyatakan bahwa persyaratan Rusia masih dalam tahap peninjauan. Sementara itu, Zelenskyy menilai hal ini sebagai pelemahan posisi Ukraina terhadap sanksi karena menunjukkan bahwa AS mungkin membantu Rusia secara ekonomi meskipun perang masih berlangsung.
Rusia menyatakan bahwa gencatan senjata maritim hanya akan berlaku setelah sanksi terhadap Bank Pertanian Rusia dan lembaga keuangan lainnya yang terlibat dalam perdagangan pangan internasional dicabut, serta setelah Rusia kembali terhubung dengan sistem pembayaran internasional SWIFT. Kremlin juga meminta pencabutan pembatasan layanan pelabuhan dan sanksi terhadap kapal berbendera Rusia yang terlibat dalam perdagangan pangan.
Putaran negosiasi berikutnya untuk memperpanjang gencatan senjata akan segera dilakukan, meskipun tidak ada rincian spesifik mengenai waktunya. Rusia dan Ukraina sepakat untuk terus bekerja menuju perdamaian yang berkelanjutan.
Sebelum pembicaraan ini, utusan Trump untuk Putin, Steve Witkoff, menyatakan bahwa referendum Rusia di wilayah pendudukan menunjukkan bahwa mayoritas penduduk ingin bergabung dengan Rusia. Zelenskyy mengkritik pernyataan tersebut, menyebutnya selaras dengan narasi Kremlin.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa Rusia menginginkan pasar gandum dan pupuk yang stabil untuk alasan ekonomi serta ketahanan pangan di negara-negara berkembang. Ia juga menuduh sekutu Eropa Ukraina berusaha menekan Kyiv agar tidak membuat kesepakatan yang lebih menguntungkan.
Ukraina berharap Rusia akan berhenti menyerang fasilitas pelabuhan di Odesa sebagai bagian dari gencatan senjata maritim. Namun, Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa pergerakan kapal militer Rusia di luar Laut Hitam bagian timur akan dianggap sebagai pelanggaran kesepakatan.
Selama tiga tahun perang, Ukraina berhasil memaksa armada Rusia bergerak ke arah timur melalui serangan drone laut dan membuka kembali jalur pelayaran komersial di dekat pantai barat. Rusia juga terus meningkatkan ekspornya, meskipun sebelumnya menarik diri dari kesepakatan gandum Laut Hitam pada 2023 akibat dampak sanksi terhadap sektor pertaniannya.
Zelenskyy mengatakan bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku segera setelah Gedung Putih merilis pernyataan resmi. Namun, karena Rusia tetap mengajukan syarat pencabutan sanksi, persetujuan penuh mengenai penghentian pertempuran di laut belum tercapai.
Gencatan senjata ini awalnya akan diawasi sendiri oleh kedua pihak, meskipun ada kemungkinan negara lain terlibat dalam pemantauan. Ukraina mengusulkan agar Turki atau negara Timur Tengah seperti Arab Saudi membantu menjaga keamanan di Laut Hitam, sementara negara-negara Eropa dapat berperan dalam pemantauan energi dan maritim.