Ironis! Impor Bawang Putih Jalan Terus, Swasembada Cuma Wacana?
JAKARTA, GENVOICE.ID - Di saat pemerintah gencar banget dorong swasembada pangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) malah ngasih tau pernyataan ironis soal rencana impor bawang putih yang lumayan gede. Mereka bakal masukin 21 ribu ton bawang putih di Maret 2025, terus 14.600 ton lagi di April 2025.
Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Pengamanan Pasar Kemendag, Tommy Andana dalam rapat Inflasi Daerah secara daring di Jakarta, Senin (24/2) bilang keputusan ini diambil berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri.
Tommy juga jelasin kalau Kemendag udah kumpulin para importir yang punya izin resmi buat segera merealisasikan impor dan mendistribusikan barang secepatnya. Pokoknya, biar stok bawang putih tetap aman di pasaran.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Masyhuri mengkritik kebijakan ini. Menurutnya, keputusan impor ini nunjukin kalau sektor pertanian kita, khususnya produksi bawang putih lokal, masih lemah banget.
Fun fact, 90% kebutuhan bawang putih di Indonesia masih bergantung sama impor, terutama dari Tiongkok! Kenapa bisa gitu? Menurut Masyhuri, ada beberapa faktor, kayak kurangnya produksi dalam negeri, sulitnya dapetin benih berkualitas, dan minimnya insentif buat petani.
"Impor ini terjadi karena produksi dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Ada tantangan dalam budidaya, ketersediaan benih berkualitas, serta insentif bagi petani untuk menanam bawang putih dalam skala besar," jelasnya.
Selain itu, bawang putih impor harganya lebih murah dibanding produk lokal. Ini bikin bawang putih dalam negeri kurang kompetitif, sehingga petani lokal makin sulit bersaing.
Padahal, pemerintah dulu udah pernah punya target swasembada bawang putih biar nggak terus-terusan impor. Tapi kenyataannya, realisasinya masih jauh banget dari ekspektasi.
"Untuk mencapai swasembada, tidak cukup hanya dengan membatasi impor, tetapi juga harus ada kebijakan jangka panjang yang serius. Pemerintah harus memberikan insentif yang lebih konkret bagi petani, termasuk subsidi benih, pupuk, serta peningkatan infrastruktur pertanian," kata Masyhuri.
Meskipun bawang putih bukan makanan pokok kayak beras, tapi tetap penting. Soalnya, di momen-momen tertentu harga bawang bisa melonjak tajam dan bikin kantong jebol. Makanya, selain benih, Masyhuri juga menekankan pentingnya irigasi yang lebih baik biar lahan pertanian bawang putih bisa diperluas.
"Selama kebijakan impor masih menjadi solusi jangka pendek, target swasembada pangan hanya akan menjadi wacana," ujar Masyhuri.
"Jika pemerintah ingin mewujudkan kemandirian pangan, harus ada upaya lebih serius dalam membangun ekosistem pertanian yang kuat. Tanpa itu, impor akan tetap menjadi pilihan utama setiap kali ada lonjakan permintaan atau penurunan produksi dalam negeri," tambahnya..
Sementara itu, pengamat pertanian dari Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar, Bali I Nengah Muliarta mengatakan kebergantungan Indonesia pada impor bawang putih menjadi sorotan. Meskipun upaya memperkuat produksi dalam negeri telah dilakukan, kenyataannya masih jauh dari optimal.
"Rencana Kemendag mencerminkan ketidakmampuan kita untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik secara mandiri,"tegas Muliarta.
Masalah itu berakar dari berbagai faktor. Pertama, ketersediaan dan kualitas bawang putih lokal sering kali tidak dapat bersaing dengan produk impor.
"Banyak petani kita yang masih menggunakan teknologi dan praktik pertanian tradisional, yang mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal,"paparnya.
Selain itu, kurangnya akses terhadap bibit unggul dan pelatihan dalam teknik budidaya modern menambah tantangan yang dihadapi.
Masalah impor ini nggak cuma berdampak ke petani, tapi juga ke stabilitas harga bawang putih di pasar. Karena harga bawang putih impor lebih murah, petani lokal jadi terpaksa nurunin harga jual mereka, yang akhirnya bisa bikin mereka rugi besar dan kehilangan semangat buat bertani.
Selain itu, kebergantungan ini juga berisiko buat ketahanan pangan kita. Kalau suatu saat pasokan impor terhambat, bisa-bisa harga bawang melonjak drastis dan bikin konsumen makin terbebani.
Menurut Muliarta, pemerintah harus investasi serius di teknologi pertanian dan kasih pelatihan buat petani. Selain itu, kebijakan yang mendukung produksi lokal, subsidi, dan akses pasar yang lebih luas juga penting banget buat ningkatin daya saing bawang putih dalam negeri.
"Pemerintah juga harus mendukung kebijakan yang mendorong produksi lokal, termasuk memberi subsidi dan akses ke pasar yang lebih baik,"ucap Muliarta.
Penelitian untuk mengembangkan varietas bawang putih sesuai dengan kondisi iklim lokal sangat penting.
Sementara itu, pengamat pertanian dariUPN Veteran Jawa Timur, Surabaya, Zainal Abidin, mengatakan, seperti komoditas yang lain, seharusnya persoalan impor bawang putih dapat diantisiapi jauh hari karena selalu dilakukan setiap tahun.
"Saya kira ini seperti kebutuhan lainnya akan selalu naik setiap momen tahunan seperti sekarang. Maka, seharusnya sudah bisa diantisipasi jauh hari jika ada keinginan," pungkasnya.