Awal Puasa NU & Muhammadiyah Kenapa Selalu Berbeda?

Genvoice.id | 26 Feb 2025

Hilal (-alias bulan sabit muda-) dari dialah segala perbedaan ini bermula. Hilal adalah tanda penting dalam kalender Islam. Umat Muslim selalu menunggu hasil penetapan hilal, terutama untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal. Tapi, kalau sudah masuk musim penentuan ini, kita sering dengar NU dan Muhammadiyah beda keputusan. Kok bisa ya?

 

Kenapa Muhammadiyah dan NU Sering Beda Penentuan Awal Bulan Puasa Ramadhan?

Nah, perbedaan ini terjadi karena masing-masing punya metode sendiri dalam menentukan awal bulan Hijriah. NU pakai rukyatul hilal alias pengamatan langsung, sementara Muhammadiyah mengandalkan perhitungan astronomi atau hisab. Secara mudahnya begini penjelasannya:

 

a. NU dan Rukyatul Hilal: (Harus Melihat Langsung Bulan)


NU menggunakan metode rukyatul hilal bil fi'li, yaitu melihat langsung hilal setelah terjadi ijtima' (konjungsi bulan dan matahari dalam satu garis). Hisab (perhitungan astronomi) tetap digunakan, tapi hanya sebagai alat bantu, bukan sebagai penentu utama.

Menurut NU, hisab memang bisa menunjukkan kemungkinan munculnya hilal, tapi dalam syariat, awal bulan harus ditentukan dengan penglihatan mata atau menggenapkan bulan jadi 30 hari kalau hilal tidak terlihat. Untuk standar pengamatan, NU mengikuti kriteria MABIMS, yang menetapkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.

 

b. Muhammadiyah dan Hisab Hakiki Wujudul Hilal: (Menghitung Hari dan Pergerakan Bulan)


Berbeda dengan NU, Muhammadiyah tidak menunggu hilal terlihat langsung. Muhammadiyah pakai metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, yang berarti cukup dengan menghitung posisi bulan dan matahari. Selama hilal sudah berada di atas ufuk, meskipun hanya 0,1 derajat, itu sudah dianggap sebagai awal bulan baru.

Dengan metode ini, Muhammadiyah merasa ada kepastian dan tidak perlu bergantung pada cuaca. Hitungan matematis dianggap cukup akurat untuk menentukan awal bulan tanpa harus menunggu pengamatan langsung.

 

Lantas kenapa mereka tidak menyatukan pendapat saja?

Ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, perbedaan antara NU dan Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan puasa itu juga bersumber dari rujukan Hadits yang Dipahami Berbeda

Kedua metode ini berasal dari pemahaman yang berbeda terhadap hadits Rasulullah:

 

"Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Jika terhalang mendung, maka genapkanlah jumlah hari menjadi 30." (HR Al-Baihaqi)

 

NU memahami hadits ini secara harfiah: melihat hilal itu benar-benar harus dengan mata, bukan hanya dengan hitungan. Sementara Muhammadiyah menafsirkannya lebih luas, bahwa "melihat" bisa juga berarti memastikan keberadaan hilal melalui hisab.

 

Pertanyaannya, setelah tahu kenapa NU dan Muhammadiyah selalu beda, lalu kita harus Ikut Siapa dalam menentukan awal Puasa ramadhan atau idul fitri?

 

Sebenarnya, dua-duanya punya dasar yang kuat. NU lebih berhati-hati dengan pendekatan tradisional yang sudah dipakai sejak zaman Rasulullah, sementara Muhammadiyah memilih metode yang lebih modern dan praktis.

Yang penting, perbedaan ini seharusnya tidak membuat perpecahan. Mau ikut NU atau Muhammadiyah, yang terpenting adalah niat beribadah dan saling menghormati. Sebab, dalam Islam, perbedaan ijtihad adalah hal yang biasa dan tidak perlu jadi sumber konflik.

Jadi, kalau nanti ada yang Lebaran duluan atau lebih belakangan, nggak usah heran ya! Yang penting, tetap jaga kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah.

 

Selamat Menunaikan Ibadah puasa