Pernyataan Pro-Palestina Penyanyi Kehlani Picu Pembatalan Konser di Cornell
JAKARTA, GENVOICE.ID - Cornell University membatalkan konser Kehlani yang direncanakan pada acara Slope Day mendatang setelah kontroversi terkait pernyataan pro-Palestina yang pernah dibuat oleh penyanyi tersebut.
Dilansir dari The Hollywood Reporter, pembatalan ini diumumkan dalam surat yang ditulis oleh Presiden Cornell, Michael I. Kotlikoff, kepada seluruh mahasiswa pada hari Rabu.
Kehlani awalnya dijadwalkan untuk tampil pada acara tahunan Slope Day yang akan digelar pada 7 Mei. Namun, Kotlikoff mengungkapkan bahwa pemilihan Kehlani telah menyebabkan perpecahan dan pertikaian di antara mahasiswa, yang menghubungi pihak universitas dengan perasaan marah, terluka, dan bingung atas keputusan tersebut.
Kotlikoff menambahkan bahwa banyak mahasiswa yang merasa keberatan karena Kehlani diketahui pernah mengungkapkan pernyataan yang dianggap antisemitik dan anti-Israel dalam penampilan, video, dan di media sosial.
"Walaupun setiap artis memiliki hak untuk menyampaikan pandangan mereka, Slope Day seharusnya menjadi acara yang menyatukan komunitas kita, bukan malah memecahnya," kata Kotlikoff dalam suratnya.
Kehlani sebelumnya telah mengungkapkan dukungannya untuk Palestina, termasuk dalam video musik lagu "Next 2 U" yang dirilis tahun lalu. Dalam video tersebut, Kehlani menari dan menyanyi di depan bendera Palestina serta membuka video dengan pesan "long live the intifada."
Di akhir video, Kehlani membagikan pesan yang mengatakan bahwa ia mencoba untuk "menghormati nama-nama ribuan anak yang telah meninggal," namun daftar nama tersebut terlalu panjang dan ia kemudian menyertakan tautan ke artikel di Al Jazeera.
Kotlikoff menyatakan bahwa ia telah berbicara dengan Dewan Program Slope Day yang, menurutnya, sepakat bahwa pemilihan Kehlani telah mengkompromikan tujuan acara yang seharusnya inklusif. Kotlikoff menambahkan bahwa lineup baru untuk acara tersebut akan diumumkan segera.
Kontroversi terkait respons industri musik terhadap konflik Israel-Gaza telah menjadi topik yang sangat diperbincangkan sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, setelah serangan Hamas yang menewaskan 1.200 warga Israel di Festival Nova. Grup hip-hop Irlandia, Kneecap, juga menuai kecaman besar atas pernyataan mereka selama penampilan di Coachella, di mana mereka menampilkan pesan "fuck Israel, free Palestine" di layar proyektor belakang panggung dan menyatakan bahwa Amerika Serikat mendukung genosida.
Anggota komunitas musik Yahudi mengecam penampilan tersebut dan mengkritik Coachella karena memberikan panggung kepada grup tersebut. Kelompok seperti Creative Community For Peace bahkan menghubungi penyelenggara Coachella sebelum penampilan Kneecap, mendesak mereka untuk mempertimbangkan kembali keputusan tersebut.
"Di tengah tingginya tingkat antisemitisme, sangat memalukan bahwa AEG dan Goldenvoice membiarkan hal ini terjadi," kata Direktur Eksekutif CCFP, Ari Ingel, pada hari Minggu.
Sharon Osbourne juga menyerukan agar visa band Kneecap dicabut. Band tersebut merespons kritik tersebut pada hari Rabu, dengan anggota band Mo Chara menyampaikan kepada Rolling Stone melalui email bahwa mereka merasa memiliki kewajiban untuk menggunakan platform mereka guna mengangkat isu Palestina. Ia menambahkan bahwa seruan "free Palestine" selama penampilan mereka adalah "pesan solidaritas untuk rakyat Gaza."
Hingga kini, perwakilan Kehlani belum memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar.