Wamenlu Iran, Ravanchi: Tak Seorang pun Bisa Mengatur Kami!
JAKARTA- Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik, Majid Takht Ravanchi, sebagaimana dikutip Antara dari kantor berita semi resmi Tasnim, Senin (23/6), menegaskan semangat Iran tak pernah surut melanjutkan pengayaan uranium sesuai ketentuan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
"Tak seorang pun bisa mengatur kami tentang apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan. Selama kami bertindak sesuai kewajiban kami dalam traktat tersebut," tegas Ravanchi dalam wawancara dengan stasiun TV nasional Jerman, Das Erste.
Sehari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengeklaim bahwa pasukannya telah membombardir fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan itu dilakukan menggunakan enam bom penghancur bunker yang dijatuhkan dari pesawat siluman B-2 di Fordow, serta puluhan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam ke arah Natanz dan Isfahan.
Serangan ke fasilitas nuklir Iran itu merupakan eskalasi terbaru dalam operasi militer besar-besaran Israel dengan dukungan AS sejak 13 Juni. Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel.
Sejak itu, sedikitnya 430 orang telah tewas dan lebih dari 3.500 orang cedera di Iran akibat serangan-serangan Israel. Di lain pihak, Israel melaporkan 25 orang tewas dan ratusan lainnya cedera.
Penghancuran Total
Terbaru, Trump di platform media sosial Truth Social mengatakan bahwa "obliteration" (penghancuran total) adalah kata yang tepat untuk menggambarkan dampak serangan AS terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran.
"Kerusakan besar terjadi di semua situs nuklir Iran, seperti yang ditunjukkan oleh citra satelit. 'Obliteration' adalah istilah yang akurat!," kata Trump.
"Struktur (bangunan) putih yang terlihat itu tertanam jauh di dalam batu, bahkan atapnya berada jauh di bawah permukaan tanah dan sepenuhnya dikelilingi api," katanya.
Trump menambahkan bahwa kerusakan paling parah terjadi pada fasilitas yang berada jauh di bawah tanah.
"Bullseye!!! (tepat sasaran)," kata Trump.
Pada Minggu (22/6) dini hari waktu Iran, AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran di wilayah Natanz, Fordow, dan Isfahan. Serangan tersebut bertujuan membatasi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir dan memaksa mereka untuk mengakhiri perang dengan Israel.
Trump juga mengancam Iran akan menghadapi konsekuensi lebih serius jika menolak menghentikan perang.
Wall Street Journal dalam laporannya menyebutkan pemerintah AS menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran itu hanya dilakukan sekali dan tidak dimaksudkan untuk mengganti kekuasaan di Iran.