Momen Haru! Lima Orangutan Akhirnya Kembali ke Alam Liar Kalimantan Setelah Bertahun-tahun Rehabilitasi
JAKARTA, GENVOICE.ID - Lima orangutan yang terdiri dari tiga betina dan dua jantan akhirnya kembali menghirup udara bebas di habitat aslinya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kalimantan Tengah.
Dilansir dari Antara, pelepasliaran ini dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah bersama mitra konservasi, dan menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
"Setiap pelepasliaran orangutan adalah bentuk nyata dari komitmen kita dalam memulihkan keseimbangan ekologis," ujar Kepala BKSDA Kalimantan Tengah, Andi Muhammad Kadafi, pada Kamis (22/5).
Kelima orangutan tersebut sebelumnya menjalani proses rehabilitasi panjang di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng dan dinyatakan siap untuk kembali hidup di alam liar.
Kadafi menegaskan bahwa program pelepasliaran ini bukan sekadar rutinitas konservasi, melainkan juga tanggung jawab moral, ekologis, dan konstitusional dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
"Perlindungan satwa liar dan pemulihan habitatnya adalah pilar penting pembangunan nasional yang adil dan berkelanjutan. Ini harus berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan ekosistem," tegasnya.
Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, yang juga mendukung kegiatan ini, menyebut pelepasliaran orangutan sebagai bukti nyata komitmen dalam menjaga warisan alam provinsi. Ia menambahkan, menjelang Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Jadi ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah pada 23 Mei, momen ini menjadi pengingat bahwa kebangkitan sejati juga mencakup kesadaran untuk hidup selaras dengan alam.
Kepala TNBBBR, Persada Agussetia Sitepu, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen penuh untuk melindungi ekosistem hutan dan memastikan satwa liar seperti orangutan dapat hidup bebas di habitat aslinya.
"Orangutan adalah spesies kunci yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan Kalimantan," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kawasan konservasi seperti TNBBBR merupakan benteng terakhir bagi keanekaragaman hayati dan harus dilindungi secara bersama-sama.
Pelepasliaran ini bukan hanya menjadi kabar baik bagi dunia konservasi, tetapi juga menjadi simbol harapan bahwa manusia dan alam bisa hidup berdampingan dengan harmoni.