Jejak Sekolah Bersejarah yang Kembali Dihidupkan di Chelsea
JAKARTA, GENVOICE.ID -Di jantung Chelsea, Manhattan, sebuah bangunan bata sederhana berdiri sebagai saksi bisu hampir dua abad sejarah Black American. Bangunan ini, yang pernah dikenal sebagai Colored School No 4, resmi ditetapkan sebagai landmark pada 2023, membuka diskusi tentang masa lalu dan masa depannya.
Dilansir dari The Guardian, bangunan ini dibangun pada tahun 1850, sebelum perbudakan dihapuskan, sekolah ini menjadi harapan bagi anak-anak Black yang menghadapi keterbatasan pendidikan akibat segregasi. Salah satu alumninya adalah James H. Williams, yang kisahnya diangkat dalam buku Boss of the Grips karya sejarawan Eric K. Washington. Ironisnya, bahkan Washington sendiri tidak menyadari nilai sejarah bangunan itu hingga mendalami penelitian tentang Williams.
Berbekal temuannya, Washington mengajukan petisi pada 2018 agar gedung ini dilindungi. Berkat dukungan lebih dari 2.800 tanda tangan dan peran penting anggota dewan kota Erik Bottcher, landmark status akhirnya diberikan pada 2023. Namun, hingga kini, belum jelas bagaimana kota akan memanfaatkannya, meski Wali Kota Eric Adams telah menjanjikan dana restorasi sebesar 6 juta dolar AS.
Sekolah ini pernah dipimpin oleh Sarah J. Tompkins Garnet, seorang aktivis yang melindungi murid-muridnya saat kerusuhan draft 1863. Selain Garnet, banyak tokoh Black terkemuka yang memiliki hubungan dengan sekolah ini, termasuk musisi William Appo dan Joan Imogen Howard, yang berperan dalam pameran dunia 1863.
Bagi Washington, sekolah ini seharusnya tidak sekadar menjadi museum, melainkan pusat budaya yang menawarkan ruang seni, pendidikan media, dan program bagi komunitas. Hal ini sejalan dengan gagasan Susan Cook, keturunan Appo, yang berharap sekolah ini dapat kembali menjadi wadah pendidikan seni bagi anak-anak yang kurang terjangkau.
Proses restorasi menghadapi kendala besar akibat kerusakan struktural parah. DSNY, pemilik saat ini, berencana memulai pembangunan pada tahun fiskal 2026, dengan komitmen mempertahankan elemen historisnya.
Namun, di tengah serangan terhadap inisiatif keberagaman dan inklusi (DEI), ada kekhawatiran bahwa upaya pelestarian situs bersejarah seperti ini bisa terhambat.
"Menjadikannya landmark hanyalah langkah awal," kata Washington.
Kini, harapan bertumpu pada bagaimana New York mempertahankan sejarah ini sebagai bagian dari masa depan kotanya.