BI Intervensi, Stabilitas Rupiah Masih Terjaga
JAKARTA- Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipandang sebagai respons wajar pasar atas preferensi investor terhadap instrumen yang lebih stabil.
"Meskipun selisih (spread) suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Fed tidak berubah, daya tarik dolar tetap tinggi karena dinilai lebih aman untuk investasi," ujar Susilo, Kamis (19/6), menanggapi keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga.
"Lantaran punya stabilitas yang lebih terpercaya, pemilik dana besar dalam rupiah cenderung mengonversinya ke dolar AS. Sementara suku bunga dalam negeri belum berubah, daya tarik rupiah tak cukup kuat menahan arus keluar dana," Susilo menambahkan.
Ia mengatakan fenomena itu membuat rupiah cenderung melemah secara perlahan, meskipun tidak dalam posisi ekstrem. "Stabilitas kurs rupiah masih cukup terjaga, karena Bank Indonesia aktif mengintervensi pasar agar nilai tukar tidak melonjak tajam."
Menurut dia, dalam upaya menjaga stabilitas kurs, bukan hanya tugas jangka pendek melalui intervensi, tetapi perlu dipikirkan menjaga kepercayaan rupiah dalam jangka panjang, termasuk mendorong BUMN yang memegang cadangan dolar untuk mengonversi ke rupiah.
"Intervensi pasar oleh BI penting, tapi upaya sistemik dan jangka panjang juga perlu. Stabilitas kurs dan inflasi adalah dua target utama BI yang harus dikawal terus," pungkasnya.
Bunga Acuan
Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang tetap mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,5 persen dalam Federal Open Market Committee (FOMC) diperkirakan bakal memperlemah nilai tukar rupiah.
Seperti dikutip Antara dari Anadolu Agency, The Fed mempertahankan suku bunga sesuai ekspektasi pasar. Keputusan tersebut sebagai upaya untuk mencapai lapangan kerja maksimal dan inflasi pada tingkat 2 persen dalam jangka panjang.
The Fed memperingatkan bahwa ketidakpastian tentang prospek ekonomi telah berkurang, tetapi tetap tinggi. Komite disebut akan terus mengurangi kepemilikan atas sekuritas Treasury dan utang lembaga, serta sekuritas beragun hipotek lembaga.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan pelemahan kurs rupiah juga dipengaruhi pernyataan Hawkish Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengatakan tekanan inflasi masih akan kuat dan penurunan suku bunga walau akan terjadi, namun lebih perlahan.
Dengan berbagai asumsi itu, kurs rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran 16.250-16.400 rupiah per dollar AS. Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis pagi di Jakarta melemah sebesar 39 poin atau 0,24 persen ke level 16.352 rupiah per dollar AS dari sebelumnya 16.313 per dollar AS.