Indonesia Gemparkan Cannes! Film Lokal Puncaki Box Office, Pencak Silat Bikin Dunia Terkesima
JAKARTA, GENVOICE.ID - Ajang "Indonesian Cinema Night" kembali menorehkan sejarah dalam perhelatan Festival Film Cannes 2025. Lebih dari sekadar seremoni, acara ini menjadi panggung internasional bagi Indonesia untuk menunjukkan kekuatan budaya dan geliat industri perfilman yang makin diperhitungkan di kancah global.
Diselenggarakan di salah satu festival film paling bergengsi di dunia, "Indonesian Cinema Night" menghadirkan deretan sineas, aktor, hingga investor dari berbagai negara. Aksi pencak silat yang memukau hadirin, dibawakan oleh tim Uwais Pictures, menjadikan seni bela diri khas Nusantara ini bersinar di tengah panggung dunia.
Dilansir dari Antara, Menteri Kebudayaandalam sambutannya menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong perfilman nasional tampil sebagai representasi kebudayaan Indonesia.
"Indonesia adalah negara mega diversity. Saatnya kita berbicara melalui film, mengenalkan budaya, identitas, dan kreativitas bangsa," ujar Fadli, Minggu (18/5).
Ia juga mengungkap bahwa lebih dari 200 film Indonesia telah diproduksi sepanjang 2024, dengan 81 juta penonton film lokal, untuk pertama kalinya melampaui film impor di bioskop tanah air. Angka ini mencerminkan kebangkitan perfilman nasional.
Tahun ini, 36 film Indonesia menembus festival film internasional, termasuk beberapa judul yang tampil di Cannes seperti Pangku, Renoir, Ikatan Darah, Timur, Sleep No More, dan Jumbo.
Salah satu sorotan utama datang dari Yulia Evina Bhara, produser Indonesia yang turut menjadi juri di Cannes. Ia mempresentasikan film kolaborasi internasional bertajuk Renoir, memperluas jejaring sekaligus membuka potensi kerjasama lintas negara.
Nama-nama besar seperti Christine Hakim, Reza Rahardian, Iko Uwais, dan Ario Bayu turut hadir untuk meramaikan acara, bersama Robby Ertanto dan Chelsea Islan yang memperkenalkan proyek film baru mereka, Rose Pandanwangi, kepada calon investor internasional.
Ajang ini juga menghadirkan perwakilan dari berbagai ekosistem perfilman Indonesia seperti Jakarta Film Week dan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang digagas oleh Garin Nugroho, membuka peluang distribusi dan promosi lebih luas bagi film Indonesia di pasar dunia.
Salah satu momen paling membekas adalah pertunjukan pencak silat yang disuguhkan dalam acara tersebut-mengukuhkan posisi warisan budaya takbenda Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai kebanggaan bersama.
"Saya mengundang dunia untuk memproduksi film di Indonesia-tempat warisan dan inovasi bertemu," pungkas Fadli.