IAEA: Serangan ke PLTN Iran Bisa Sebabkan Pencemaran Radioaktif Lebih Parah dari Ledakan Nuklir
JAKARTA, GENVOICE.ID - Wakil Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mikhail Chudakov, memperingatkan bahwa serangan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran dapat memicu pencemaran radioaktif yang lebih parah dibandingkan ledakan bom nuklir.
Dalam wawancara dengan kantor berita RIA Novosti pada Rabu (18/6), di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) di Rusia, Chudakov menjelaskan bahwa reaktor nuklir modern dirancang sedemikian rupa sehingga tidak mungkin meledak seperti bom. Namun, serangan fisik terhadap fasilitas tersebut tetap membawa risiko besar.
"Berdasarkan pengalaman dan akal sehat saya, tidak ada satu pun pembangkit listrik di dunia yang benar-benar terlindungi dari perang... Jika Anda menembakkan rudal ke reaktor, Anda akan melihat pencemaran di wilayah itu. Anda tidak akan melihat ledakan nuklir," kata Chudakov.
Ia menambahkan, meski kemungkinan insiden reaktivitas nuklir telah diminimalkan oleh teknologi reaktor modern, kerusakan akibat serangan militer tetap berpotensi menyebarkan radiasi secara luas.
"Sayangnya, akan ada lebih banyak pencemaran (radioaktif) dalam peristiwa seperti itu daripada dari ledakan nuklir," ujarnya.
PLTN Bushehr (BNPP) adalah satu-satunya reaktor nuklir komersial Iran, yang mulai beroperasi pada 2013 dan menyumbang sekitar 1,7% dari total produksi listrik nasional pada 2023, menurut data IAEA.
Fasilitas ini terletak sekitar 1.200 kilometer di selatan ibu kota Teheran. Pembangunannya dimulai pada 1975 oleh perusahaan asal Jerman, namun proyek itu terhenti setelah Revolusi Iran pada 1979. Saat Perang Iran-Irak (1980-1988), PLTN ini bahkan sempat menjadi sasaran serangan udara.
Pada 1995, Iran menandatangani kontrak dengan Kementerian Energi Atom Rusia untuk melanjutkan pembangunan. PLTN Bushehr akhirnya mulai menghasilkan listrik secara komersial pada September 2011, dalam sebuah acara yang juga dihadiri pejabat tinggi Rusia.
Pernyataan Chudakov datang di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kekhawatiran atas kemungkinan terjadinya konflik bersenjata yang bisa melibatkan infrastruktur nuklir.
Meskipun standar keamanan untuk fasilitas nuklir modern terus diperbarui, banyak ahli menilai bahwa situasi geopolitik tetap menjadi ancaman yang nyata.
"Tidak ada pembangkit listrik di dunia yang kebal terhadap perang," tegas Chudakov.
IAEA selama ini mendorong perlindungan ekstra terhadap fasilitas nuklir di zona konflik dan mengingatkan bahwa pencemaran radioaktif lintas batas dapat berdampak luas tidak hanya bagi negara yang bersangkutan, tetapi juga bagi lingkungan dan kesehatan publik secara global.