Jangan Sampai Salah, Ini Bedanya Jumat Agung dengan Paskah
JAKARTA, GENVOICE.ID - Setiap tahun, umat Kristiani di seluruh dunia memperingati dua peristiwa penting yang terjadi secara berurutan dalam kalender liturgi: Jumat Agung dan Hari Raya Paskah. Meski sama-sama bagian dari Pekan Suci, keduanya memiliki makna, nuansa, dan cara peringatan yang sangat berbeda. Di tahun 2025, Jumat Agung jatuh pada tanggal 18 April, disusul Hari Raya Paskah pada 20 April.
Jumat Agung adalah hari yang diperingati untuk mengenang wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Momen ini merupakan simbol pengorbanan terbesar dalam tradisi Kristen, ketika Yesus menyerahkan nyawanya demi menebus dosa umat manusia. Karena itu, suasana Jumat Agung biasanya diliputi keheningan dan refleksi. Ibadah yang diadakan pada hari ini pun cenderung khidmat, tanpa kemeriahan. Di banyak gereja, dekorasi ditiadakan, lagu-lagu pujian bernuansa duka, dan umat mengenakan pakaian gelap sebagai simbol belasungkawa.
Sementara itu, Paskah diperingati dua hari setelah Jumat Agung untuk merayakan kebangkitan Yesus dari kematian. Inilah inti dari iman Kristiani, kebangkitan yang menandai kemenangan atas dosa dan kematian, serta memberi harapan akan kehidupan kekal. Berbeda dengan suasana duka pada Jumat Agung, perayaan Paskah berlangsung dengan penuh sukacita. Gereja dihiasi secara meriah, umat bernyanyi dengan semangat, dan simbol-simbol kehidupan baru, seperti lilin dan telur Paskah, hadir dalam berbagai bentuk.
Perbedaan makna ini juga tercermin dalam simbol-simbol yang digunakan. Salib mendominasi suasana Jumat Agung sebagai lambang penderitaan dan pengorbanan, sementara pada Paskah, perhatian tertuju pada kubur kosong sebagai bukti kebangkitan Kristus. Warna liturgis pun berubah drastis, dari gelap pada Jumat Agung menjadi putih atau emas pada Paskah sebagai lambang kemenangan dan kemuliaan.
Dengan memahami perbedaan mendasar antara keduanya, umat dapat menjalani peringatan Jumat Agung dan Paskah dengan penghayatan yang lebih utuh. Jumat Agung mengajak pada perenungan dan penyesalan, sementara Paskah mengajak untuk bersukacita dalam harapan baru. Dua momen ini bukan sekadar perayaan agama, tetapi juga pengingat akan perjalanan spiritual yang mendalam dalam kehidupan umat Kristiani.