Donald Trump Ingin Akhiri Ketergantungan Terhadap Mineral Impor
WASHINGTON- Presiden Amerika Serikat (AS) terus berupaya menempuh berbagai cara guna mengakhir ketergantungan negaranya terhadap mineral impor. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui kebijakan tarif.
Dalam kaitan itu, Trump telah memerintahkan jajaran kabinetnya khususnya Menteri Perdagangan, Howard Lutnick untuk mengkaji potensi tarif baru pada semua impor mineral penting negara tersebut.
Perintah tersebut mengungkap apa yang telah lama diperingatkan oleh para produsen, konsultan industri, akademisi, dan pihak lain kepada Washington kalau AS terlalu bergantung pada Beijing dan pihak lain untuk versi mineral olahan yang menggerakkan seluruh ekonominya.
Sebagai informasi, Tiongkok merupakan produsen global teratas untuk 30 dari 50 mineral yang dianggap penting oleh Survei Geologi AS dan telah membatasi ekspor dalam beberapa bulan terakhir.
Presiden Donald Trump diberitakan sudah menandatangani perintah yang mengarahkan Menteri Perdagangan Howard Lutnick untuk memulai tinjauan keamanan nasional berdasarkan Bagian 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan tahun 1962. UU tersebut sama yang digunakannya pada masa jabatan pertamanya untuk mengenakan tarif global sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium. Regulasi itu juga yang digunakannya pada Februari untuk meluncurkan kajian terhadap potensi tarif tembaga.
Kebergantungan AS pada impor mineral meningkatkan potensi risiko terhadap keamanan nasional, kesiapan pertahanan, stabilitas harga, dan kemakmuran serta ketahanan ekonomi," kata Trump dalam perintah yang dilansir Reuters, pada Rabu (16/4).
Dalam waktu 180 hari, Lutnick diharuskan melaporkan temuannya kepada presiden, termasuk jika harus mengenakan tarif. Gedung Putih menyatakan jika Trump akhirnya mengenakan tarif pada mineral penting suatu negara, maka tarif tersebut akan menggantikan tarif timbal balik yang dikenakan Trump awal bulan ini.
Peninjauan tersebut akan menilai kerentanan AS untuk pemrosesan semua mineral penting, termasuk kobalt, nikel, dan 17 mineral langka lainnya serta uranium.
AS saat ini mengekstraksi dan memproses litium dalam jumlah sedikit, hanya memiliki satu tambang nikel tetapi tidak memiliki peleburan nikel, dan tidak memiliki tambang atau kilang kobalt. Meskipun memiliki beberapa tambang tembaga, AS hanya memiliki dua peleburan tembaga dan bergantung pada negara lain untuk memproses logam merah utama tersebut.
Penyelidikan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi beberapa negara pemasok yang bersahabat dan ingin mendapatkan pengecualian. Apalagi AS sebelumnya telah menandai potensi pengurangan tarif untuk energi dan mineral lain yang tidak tersedia di dalam negeri.
"Australia adalah pemasok tepercaya mineral penting bagi industri AS, penyelidikan ini memberikan peluang bagi negara tersebut untuk memperkuat posisinya sebagai pemasok sumber daya penting yang andal ini," kata CEO Minerals Council of Australia, Tania Constable.
Kendati demikian, Australia tidak boleh berpuas diri karena harus menegosiasikan kerangka kerja yang memberikan manfaat bersama bagi produsen Australia dan industri AS, sekaligus memperdalam kemitraan strategis dengan negara-negara lain yang berpikiran sama," kata Tania.
Produsen tanah jarang Australian Strategic Materials (ASM), yang telah didukung oleh pendanaan pemerintah AS, menyambut baik segala upaya untuk membangun rantai pasokan alternatif untuk mineral penting, "terutama dalam lingkungan saat ini di mana pasokan mineral penting didominasi oleh satu pemain negara," kata CEO Rowena Smith kepada Reuters.
ASM dapat mendukung tujuan AS untuk membangun kemampuan domestik dengan mereplikasi pabrik pemrosesan Korea di AS, katanya.
Langkah tersebut merupakan yang terbaru dalam upaya Trump untuk memulai produksi dan pemrosesan mineral AS.
Presiden bulan lalu menandatangani perintah yang mengarahkan lembaga federal untuk membuat daftar tambang AS yang dapat segera disetujui dan lahan federal yang dapat digunakan untuk pemrosesan mineral.
Namun, butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun tambang dan fasilitas pemrosesan baru, jangka waktu yang telah memicu kekhawatiran tentang di mana AS dapat memperoleh mineral jika tarif diberlakukan secara luas.
"Pada akhirnya AS memperoleh mineral tertentu dari China karena tidak ada pasokan alternatif di tempat lain," kata Gracelin Baskaran, direktur program keamanan mineral penting di Pusat Studi Strategis dan Internasional.