Kristen Stewart Siap 'Crash and Burn' di Cannes: Debut Sutradara yang Nyaris Gagal Selesai

Genvoice.id | 16 May 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Kristen Stewart membagikan cerita perjalanan pertamanya sebagai sutradara lewat film "The Chronology of Water", sekaligus menyinggung situasi industri film di era politik yang penuh ketidakpastian serta ambisinya sebagai pembuat film mandiri. Dengan tegas, ia menyatakan, "Saya sudah lelah harus menyesuaikan diri dengan ekspektasi orang lain."

Pada usia 35 tahun, Stewart yang dikenal luas melalui perannya sebagai Bella Swan di franchise "Twilight", memberikan peringatan kepada para pembuat film di Hollywood untuk tetap waspada dan hadir secara autentik. Menurutnya, industri saat ini tengah menghadapi masa kelam yang sulit dihindari.

"Bayangan politik di masa Trump itu seperti kegelapan yang pekat, nyaris tidak bisa ditembus," ujarnya kepada The Hollywood Reporter dalam wawancara eksklusif sebagai seorang sutradara baru. "Kita semua tampak terus waspada, merasa takut dengan kemunduran yang terjadi."

Sebagai sosok yang sudah malang melintang di dunia perfilman selama lebih dari dua dekade, Stewart adalah saksi sekaligus pelaku transformasi besar dalam industri. Setelah meninggalkan jalur film mainstream pasca "Snow White and the Huntsman" (2012), ia fokus pada karya-karya independen yang menantang, seperti "Personal Shopper" (2016) dan "Clouds of Sils Maria" (2014), yang memberinya penghargaan César sebagai aktris terbaik. Namun, ia kemudian kembali ke film populer lewat "Charlie's Angels" (2019) dan "Spencer" (2021), yang membawanya meraih nominasi Oscar pertama.

Kini, Stewart kembali ke Cannes lewat bagian Un Certain Regard dengan debutnya sebagai sutradara. Meski sudah mengenal baik suasana festival tersebut-termasuk menjadi juri pada 2018 dan pernah berjalan tanpa alas kaki di karpet merah-hasratnya menyutradarai sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Lalu, apa yang akhirnya mendorongnya merealisasikan mimpi itu?

"Saat membaca memoar "The Chronology of Water" karya Lidia Yuknavitch, saya langsung merasa ini adalah proyek yang harus kami buat bersama," ujar Stewart. Film debut ini mengangkat kisah nyata Yuknavitch, mantan perenang Olimpiade yang menjalani perjalanan hidup penuh lika-liku dan kebangkitan.

Ia juga mengungkapkan betapa proses pembuatan film ini hampir saja gagal selesai. "Kami benar-benar hampir tidak menyelesaikan film ini. Ini masih draft pertama saya, dan kami seperti berlari dengan setengah pakaian. Tapi saya menikmatinya," kata Stewart penuh semangat.

Dengan keterbukaan khasnya, Stewart juga mengungkapkan keinginannya agar "The Chronology of Water" bisa "crash and burn" di Cannes. Baginya, membuat kesalahan adalah bagian penting dari proses kreatif dan keberanian dalam berkarya. Film ini menjadi yang pertama dari 10 proyek yang direncanakan Stewart sebagai sutradara.

"Film ini harus hidup dan berkembang. Mungkin terdengar dramatis, tapi ini tentang merayakan perjuangan - seperti wanita yang terluka tapi tetap bertahan," tambahnya.